Friday 7 October 2016

Kehamilan trimester 2

Trimester 2 merupakan saat yang ditunggu bagi kebanyakan bumil. Bagaimana tidak? Masa sulit trimester pertama karena hormon yang berubah drastis sudah mulai menunjukkan segi positifnya.
Makan sudah enak, tidur agak nyenyak, mual berhenti. Yang masih ada cuma sedikit ngidam. Kalau ditahan, rasanya masih ingin ngamuk suami. Hihi
Yah begitu.. Meskipun surganya para bumil di trimester 2, tidak menutup kemungkinan untuk emosi naik turun akan hilang juga. Masih .. Masih buibu... Masih sedikit-sedikit baper.. Huhu
Tapi istimewanya, si dedek di perut sudah menunjukkan diri. Mulai dari perut rasanya ada yang gelitikin, berlanjut ke tendangan kecil, di bulan 5 dan 6 si dedek sudah mulai aktif menyerang perut minta di elusin. Hihi. Lucu rasanya. Bahagianya super...
Nah, mulai masa trimester 2 buibu wajib merangsang si dedek dengan sentuhan, rabaan, elusan, diajak bicara, diperdengarkan musik atau murotal. Yang pasti menyenangkan ketika kita tahu bahwa kita diberikan karunia sebesar ini di rahim kita. Syukur alhamdulillah... Tuhan sayang sama kita. Namun, untuk para suami istri yang masih belum diberikan kesempatan, jangan berkecil hati juga. Pasti Tuhan tahu yang terbaik. Dan pasti akan memberikan yang terbaik bagi kita semua. Yang wajib kita yakini adalah kita harus tetap berpositif thinking sama Tuhan.
Yup, keajaiban memang kalau kita bisa merasakan kehamilan. Apalagi bisa ditemani suami yang turut excited dengan kehamilan kita. Betapa beruntungnya istri yang demikian. Si dedek diperut juga pastinya ikut senang karena mamanya senang. Tau kan kalau istri stress mengakibatkan si dedek diperut juga stres dan perkembangannya jadi tidak maksimal? Pokoknya hamil jangan sampai stres atau depresi deh. Bahaya. Dukungan suami itu wajib untuk membuat suasana hati istri jadi baik. Dengan demikian si dedek di perut juga perkembangannya ikut baik.
Sebenarnya masih banyak yang dirasakan di trimester 2 ini. Namun, setiap bumil bisa merasakan hal yang berbeda juga. Tapi yang pasti, surganya hamil yah di sini. Trimester 2. Hihi

Kehamilan Bulan 3

Begitu banyak rasa yang melekat kala memasuki bulan 3. Masih seputar keluh kesahnya yang pasti. Tidak jauh dari bulan 2 yang pasti bikin ogah mengingatnya, tapi setelah dijalani ya rasanya pingin senyum aja.

Masih nongkrong terus di kamar karena lemas. Masih mual, malas makan, malas ninggalin kasur, rasanya milih buat tidur seharian. Sampai-sampai harus rela diingetin untuk makan yang kadang bikin bete juga. Ya begitulah.. Tidak jauh beda dengan masa hamil bulan 2. Tapi untungnya ini bulan akhir untuk menuju makan enak.. Yayy...😁😁😁😁

Tuesday 30 August 2016

Kehamilan Bulan 2

Masa-masa yang sulit..paling sulit ketika awal kehamilan. Bagaimana tidak? Saya sudah merasakan bagaimana rasanya tubuh saya sangat mudah lelah. Sangat mudah nangis. Mulai mudah tersinggung (btw, selama kehamilan ibu akan sering merasa tersinggung dan sakit hati, he) karena hormon mulai berubah total. Padahal biasanya saya lumayan seterong sebagai wanita. Namun memang kehamilan membuat perubahan-perubahan signifikan tanpa kita sadari.

Bulan ke-2 kehamilan yang merupakan trimester awal menjadikan sebagian ibu merasa mual dan tidak doyan makan. Saya salah satunya. Mulai dari eneg lihat nasi, eneg lihat sayur, eneg lihat suami.. eh... enggak lah.. haha

Saya mencoba tegar. Meskipun tiap pagi saya berontak pada suami yang bangunin saya, padahal saya masih merasa lelah dan pusing. Apalagi bangunin untuk berangkat kerja. Haduuuhh.. serius itu berat. Akhirnya setelah saya konsultasi ke dokter, saya mencoba memasukkan sesuatu ke mulut saya tepat saat bangub tidur. Minum dan makan pisang atau biskuit. Walaupun seringkali saya juga tidak terlalu minat makan sepagi itu. Daripada saya sempoyongan. Makan biskuit atau pisang saja masih sempoyongan. Hmm.. kalau diingat.. rasanya saya tidak mau ngulang morning sickness yang terjadi sepanjang waktu itu.

Morning sickness. Sebutannya saja sudah "nggilani". Saya alergi dengar kata itu sampai sekarang. Nah, saya sempat bilang saya kehilangan selera makan. Iya. Lalu saya tidak makan? Makan. Kalau ingat bayi di perut saya yang membutuhkan.
Akhirnya saya putuskan untuk makan. Makan yang saya doyan. Karena sempat males sama nasi, saya makan kentang, pisang, jagung, ketela rambat, apapun yang membuat perut saya terisi. Meskipun kehilangan selera makan, saya sangat mudah lapar. Keluhan seperti ini akan setiap hari terjadi selama trimester satu. Atau sampai dengan minggu ke 12.

Jadi.. selamat berjuang bagi ibu yang merasakan morning sickness seperti saya.

Kehamilan Bulan Pertama

Sebelum menikah saya bercita untuk menuliskan sesuatu ketika nanti saya hamil. Tapi ketika saya awal hamil masih belum sempat, atau bisa juga disebut malas untuk menulis sesuatu. Kenapa? Karena saya baru tau bahwa hamil adalah suatu keadaan yang benar beratnya terasa. Saya baru sadar bahwa tiap ibu mengorbankan sesuatu yang besar untuk anak-anaknya. Dan saya baru sadar, ibu saya yang sudah meninggal belum merasakan kebahagiaan yang ingin saya berikan padanya. Sesuatu untuk membalas jasa besarnya mengandung, melahirkan, dan merawat anak nakal seperti saya. Maafkan anakmu ini ibu..

Baiklah.. di sini saya akan menceritakan bulan pertama kehamilan saya.

Seperti pada umumnya, tak ada perasaan apa-apa. Karena bulan pertama kehamilan calon bayi kita masih berupa telur yang nantinya siap untuk dibuahi.
Hamil bulan pertama adalah awal dari perasaan berdebar. Apakah usaha kita sudah berbuah? Apakah yang dilakukan sudah benar? Mungkin sebagian ibu yang hamil anak pertama merasakannya. Sampai akhirnya debaran itu kembali memuncak ketika terlambat datang bulan. Masih beberapa hari padahal telatnya, sudah merasa ingin membeli testpack. Padahal untuk beberapa ibu yang baru beberapa hari telat datang bulan, hamil atau tidaknya masih belum terlihat di alat pengetes kehamilan tersebut. Setidaknya butuh waktu untuk membuat alat itu bekerja dengan baik. Mungkin 8 sampai 15 hari dari waktu yang ibu biasanya datang bulan, boleh dilakukan pengetesan. Dan sebaiknya dilakukannya dengan air kencing yang keluar pada pagi hari. Kandungannya yang pekat lebih membantu untuk mengoptimalkan fungsi testpack yang ibu sudah beli. Maklum, alatnya sendiri kan terbilang enggak murah.. hee

Nah.. berdoalah dulu sebelum melakukan pengetesan, karena apapun datangnya dari Tuhan.

Kalau sudah mendapatkan hasilnya, dan itu positif, jangan lupa juga berdoa. :)

Alhamdulillah, tes pertama saya mendapatkan hasil yang positif. Mungkin berkat doa orang tua dan mertua juga yang sepertinya sudah tidak sabar menimang cucu. Hehe

Awal kehamilan bulan pertama menjadi awal  perubahan bagi tubuh dan hormon kita. Banyak yang menyenangkan, banyak pula hal tidak terlalu mengenakkannya. Makanya benar kalau di bus trans biasanya mengutamakan wanita yang hamil untuk duduk. Karena memang hamil itu rasanya...... enak. Heheh

Awal dari Cinta Itu Ada

Kami tak saling mengenal satu sama lainnya. Kami tumbuh dengan kehidupan yang berbeda sebelumnya. Kami memilih jalan hidup berbeda. Tempat yang berbeda, mengenal orang yang tidak sama.
Tapi Tuhan mengatur skenarioNya. Dia mempersatukan dua orang yang berbeda.
Ketika hari itu datang, ketika pertama kami bertatap muka, tak ada perasaan apa-apa. Biasa saja.
Kami lantas bersikap dengan sewajarnya. Tak tahu bahwa nantinya kami akan hidup berdua.

Berawal dari hal remeh temeh yang kami lakukan berdua.  Aku mencoba menyangkal perasaanku sendiri. Tapi aku kalah. Rasa rinduku berkata bahwa memang benar aku terkena kutukan cinta, hingga akhirnya aku mulai menyadarinya. Menyadari bahwa dia adalah seseorang yang selama ini tuhan namakan jodoh.

Kami bertemu di tempat kerja. Setiap hari tak pernah kulewatkan tanpa ada dia. Seperti sudah biasa bersamanya. Mungkin itu juga yang membuat kami percaya bahwa telah tiba saatnya. Saat bagi kami memutuskan untuk bersikap bijaksana.

Kami sama-sama dewasa. Tak lagi menginginkan hubungan yang biasa saja. Meski aku seringkali takut akan hal-hal yang pernah kubayangkan sebelumnya. Tapi tindakannya selanjutnya membuatku percaya. Bahwa kami memang pantas untuk bahagia.

Aku mencintainya. Mungkin dia juga sama. Aku rasa iya. Haha.. seringkali aku berkata aku mencintainya. Namun dia jawab sekenanya. Malu mungkin jika menjawab sejujurnya. Tapi aku yakin akan hatinya. Nyatanya kini cincin ini sudah melekat di jari manisku. Kurang apa lagi keyakinanku? He..

Lalu babak selanjutnya pun dimulai...

Saturday 27 August 2016

Kembali lagi

Dan begitulah. Tulisan selalu yang akan membangkitkan kenangan.
Sudah berbulan-bulan sejak kuhapus aplikasi blog di ponselku. Menyebabkanku tak pernah peduli lagi dengan dunia tulis menulis yang begitu kugemari. Disibukkan dengan apa saja yang membuatku lupa untuk menulis. Bukan. Bukan salah siapa-siapa. Salahku sendiri tiba-tiba ingin berhenti. Itu saja. Padahal seingatku pernah kuberjanji pada diriku sendiri akan menciptakan sebuah karya. Haha... cita-cita yang terlupa.

Tuesday 15 March 2016

71 Jam

Tinggal kira-kira 71 jam lagi. Rasanya baru kemarin aku mengenalmu. Rasanya baru beberapa jam lalu kita duduk di bawah tebing menikmati secangkir kopi. Rasanya baru beberapa menit yang lalu aku masih baru mengenakan toga kelulusanku. Namun, ini memang masih tinggal 71 jam dari sekarang. 71 jam menuju ikrar yang kan kau ucapkan.
Masih lama memang, ini pun aku masih menunggu 8 jam lagi untuk mendengarkan azan magrib. Tapi rasanya memang sedikit 'aneh' untuk menunggu 71 jam itu.
Bukannya aku tak sabar, aku hanya merasa bertanya-tanya. Apakah ini nyata? Apakah memang ini benar? Jangan-jangan hanya mimpi belaka?
Rasanya aneh. Ketika kamu merasa masih berusia belasan di hari yang lalu, dan ini sudah berkepala dua. Lantas menuju proses dewasa yang berikutnya.
Yah, di bawah naungan keluarga kecil kita sendiri. Ada engkau beserta suami atau istri.
Dan aku pun masih bertanya-tanya. Apakah pantas saya menuliskan semua perasaan saya di sini? Perasaan yang hanya aku dan Tuhanku ketahui.
Entahlah... Pantas tidak pantas, aku toh tetap menulisnya. Meski di baca atau tidak aku tak peduli.
Dan hatiku kembali bercengkrama dengan nurani.
Mereka tengah sibuk mempersiapkan sesuatu, mereka di bawah sana, sana keluarga saya. Mengatur belanjaan ini itu, mengatur masakan apa saja. Banyak yang diurusi. Dan saya jadi bertanya lagi. Untuk acara apa ini? Aku sadar diri, ini semua untuk acara sakralku nanti.
Oh, Tuhan... Ini benar terjadi? Tak ada yang mampu meragukan nikmatMu. Kau benar- benar tau kapan, dengan siapa, dan bagaimana kami akan bersatu.
Namun masih 71 jam lagi-ups, sudah berkurang selagi tadi aku menulis- tak pernah ada yang tau akan seperti apa beberapa jam lagi. Yang kutahu, aku selalu berdoa dalam hati, semoga kami senantiasa diridhoi.

Saturday 5 March 2016

Perjalanan Pulang

Perjumpaanku bersama ibu temanku membuatku ingat tentang masa dulu. Bertahun yang lalu ketika usiaku masih bisa diukur dengan jumlah jari tanganku. Masa kecilku.
Dulu gemar sekali bermain bersama teman-temanku. Rumah ke rumah disambangi, bermain apa saja. Entah apa yang menjadi kegemaranku aku sedikit lupa. Bermain bekel, bermain peran, berenang di bak mandi, masak-masakan, bahkan belajar kelompok selalu kuikuti.
Kami akur namun kadang saling benci. Tak lama, sebentar saja sudah lupa. Seringnya kami bergembira. Masa kecilku kuhabiskan dengan suka cita.
Masa kecilku yang bahagia secepat kilat berganti musim. Aku yang menginjak remaja menjadi berteman dengan mereka yang kadang mencampur rasa sukanya dengan lawan jenis kami. Saling naksir, saling lempar senyum, saling berucap kata lewat selembar kertas, banyak sekali diantara temanku yang mulai menapaki masa jatuh cinta. Aku? Iya juga. Sedikit suka dengan teman sekelasku sewaktu SMP. Namun kupendam, tak jadi sayang. Aku berpacaran pada akhirnya karena keterpaksaan. Terpaksa mengikuti rayuan teman-temanku yang berencana kencan bersama. Aku yang tak punya pacar dijodohkan. Tidak dengan sebayaku, dengan adik kelasku. Malu rasanya. Tapi lumayan. Dia tampan. Itu yang aku tau.
Tak lama juga, setelah itu aku berjumpa dengan pria. Dia suka. Aku nyaman. Kita pacaran diam-diam. Aku mendua. Sadis. Tapi putus dua-duanya. Tak ingin pacaran lagi.
Menginjak SMA. Aku bersekolah di Asrama. Mengikrar tak pacaran selama setahun dengan satu teman wanita. Ya. Aku bisa. Ku usir mereka yang suka. Sadis. Namun aku tetap memendam rasa pada satu pria. Tak pernah kusebut namanya. Itu rahasia. Sampai nanti juga tak akan ada yang akan mengetahuinya, kecuali aku khilaf berkata. Namun sudah kulupakan dia. Aku anggap dia teman belaka.
Kelas tiga, aku ditembak seorang teman kelas IPA. Sekelas denganku. Aku takut mengecawakannya, pernah dulu dia bilang suka di kelas satu, aku menolaknya. Yang kedua, aku akhirnya mengiyakannya. Kami pacaran. Jadi beneran sayang. Namun itu berlalu juga. Hati patah di akhirnya.
Mungkin trauma. Semenjak kuliah aku ingin belajar saja. Kuhapus memori tentang cinta. Namun lagi-lagi datanglah dia, seorang laki-laki yang tak menaruh hati padaku namun aku suka. Yah, akhirnya hanya kakak-kakak an saja. Cinta itu gampang terlupa. Mungkin aku tak benar suka padanya.
Diakhir episode perkuliahanku aku bertemu seorang pria lagi. Kubenci dia awalnya, kusinisi dia, namun dia mendekat. Aku terpikat. Dia agak jahat. Yasudah hatiku memilih untuk memecat dia dari kehidupanku. Cinta sesaat.
Kupikir aku tak akan menemukan yang benar-benar membuatku menjadi wanita paling bahagia sedunia. Aku sempat berpikir juga, nanti ketika usiaku tak lagi pantas untuk menjadi sendirian, kuminta ayahku menjodohkan. Mungkin aku pesimis duluan. Atau aku mungkin juga yang kecewa pada cinta agak keterlaluan.
Ya. Akhirnya dia datang. Dia yang tak pernah kupikirkan akan ada dalam hidupku, kini menjadi kehidupanku.
Dia menjelma dari malaikat yang dikirimkan ibuku di surga. Dia selalu ada. Meskipun kami tidak jarang pula bertengkar kecil-kecilan. Tapi aku gampang melupakan yang kukeluhkan padanya. Dia terlalu menyenangkan untuk dikecewakan. Wajah polosnya yang mendamaikan, sikap pendiamnya yang cuma ditampakkan pada orang tak dikenal, sikap baiknya pada semua orang, sikap bertanggung jawabnya dengan pekerjaan, banyak hal. Banyak sekali yang menjadi kelebihannya. Bukan semata itu saja yang aku suka. Tak bisa kupanjang lebarkan. Tapi dia memang istimewa dalam kehidupanku.
Lagi-lagi kuberharap tak akan mengecewakannya. Umurku sudah sekian. Mungkin ini perjalanan. Semua pasti merasakan. Akan ada saatnya kapal kehidupanmu berlabuh di pelabuhan hati sang pujaan hati. Hanya bersabar. Kehidupan memang berjalan ke depan. Maka dari itu tetap isi bensinmu dan tetap berjalan. Ketika sudah di depan rumah, itu saatnya kamu pulang.