Thursday 16 April 2015

Wine glass




Gemerincing gelas saling beradu. Sedikit cairan di dalamnya menyeruak keluar, membasahi meja-meja yang setia dalam diam. Cairan merah yang terpaksa terusir dari biliknya, terbebas dari mulut-mulut pencumbu gelas-gelas kaca. Dan ocehan dari mulut para pencumbu itu lepas dan lantak mengucurkan bualan-bualan hidup mereka.
Ada satu lelaki muda. Dia gemar memakai pakaian ternama. Hanya saja dia tak pernah merebak rahasianya, bahwa ia hanya penjaja batagor tiap pagi harinya. Yah.. ...
Hidupnya, terlalu muda untuk bergaul dengan kawan sebayanya yang perlente kaumnya. Ia terpaksa hanya bisa mendamba, suatu hari ia terbebas menjadi apa yang ia lakukan setiap harinya.
Ada lagi wanita yang memakai rok mini. Ia memakai lipstik merah, semerah darah pada bibirnya sendiri. Membuat ngeri. Membuat bulu kuduk berdiri, hanya jika ia menyeringai dalam gelap hari. Tapi ia cantik sekali, tak terlihat seperti drakuli. Ia pun seksi. Badannya aduhai sekali, tak terlihat sama sekali bahwa hidupnya itu terlibat perang dengan jiwanya sendiri. Ia lelaki. Tak ada yang mengetahui.
Satu lagi yang terlihat tanpa masalah. Wajahnya polos dan rekah. Pemuda berkacamata itu sebenarnya mengalami kegundahan di hati kecilnya. Ia punya pacar dua. Tapi ia akhirnya meninggalkan dua-duanya. Ia tak sanggup lagi menyakiti mereka. Bukannya ia ingin menjadi kejam pada dua wanita kesayangannya. Ia hanya tak bisa. Tak bisa membiarkan hati mereka terluka, mengetahui ada wanita lain yang ada di hatinya. Dua wanita yang ia nodai pula kehormatannya. Entahlah, ia pusing memikirkannya. Ia ingin mempertanggungjawabkan perbuatannya. Lalu? Apa ia harus menikahi keduanya? Tak bisa ia berpikir dengan akal sehatnya. Sungguh hal yang menyiksa batinnya. Dan ia tahu, wanita-wanita itu pun tersiksa dengan sikapnya. Tapi ia menampakkan wajah yang selalu bahagia. Seperti biasa, tertawa-tawa dengan kelucuannya.
Dentang gelas mulai tak seriuh pada awalnya. Gelas-gelas mulai kosong. Cairan merah habis terteguk. Satu persatu kawanannya yang lain mulai beranjak. Pergi ke suatu tempat yang tak diketahui masing-masing temannya. Mereka mulai berdiri, berciuman pipi, lalu melangkah pergi.
Mereka sama-sama tahu wajah, sama-sama tahu untuk bersenang-senang bersama. Tapi di balik itu mereka sama-sama tak saling mengenal. Hanya dentuman jam di arloji yang setia mengikuti kemanapun mereka pergi. Dan esok pun masih tetap sama. Hanya denting gelas berisi cairan merah yang menyatukan diri mereka. Hanya tegukan dan cumbuan pada bibir gelas yang menghangatkan. Tak perlu saling tau apa masalah yang dihadapi. Cukup mereka tahu bahwa mereka ada untuk berbagi, berbagi gelas yang menyegarkan otak dan hati.

Sunday 12 April 2015

TAKUT ITU.....




Hal yang paling menakutkan bagiku adalah,

1. Hari ulang tahun
Kenapa? Karena aku disadarkan betapa umur ini kin bertambah. Menua.
Rasanya enggan sekali memikirkan bahwa suatu ketika aku menjadi tua. Keriput di mana-mana. Pori kulit melebar, otot mencuat dan menonjol hingga kelihatan seperti ada cacing di bawah permukaan kulit. Dan parahnya, pasti tubuh tak akan sekuat kita saat usia kita lebih muda.
Kenapa yang kedua adalah karena tuntutan hidup pasti semakin berat. Bukannya mengeluh sebelum berjuang, tapi Kalau boleh minta satu permintaan, ingin rasanya tidak memiliki ulang tahun satu tahun saja, he. Tidak mungkin jugs, sih. Tetap Saja hari itu Maju, bukan mundur.
2. Tahun Baru
Pastinya semua orang bergembira menyambut hari pertama di tahun yang baru. Kalau aku? Sedih, kakak.... Tahulah pasti kita semua ingin kehidupan baru yang lebih baik, lebih menantang, makanya kita repot-repot bi resolusi tahun baru yang bejibun. Aku juga membuat beberapa ancaman, eh, tantangan untuk memotivasi diri agar menjadi semakin semangat menjalani kehidupan yang sebenarnya hanya fana.. loh.... bukan fana, tapi menurut ilmu yang masuk di otakku, kita hidup di dunia itu hanya untuk mencari saku sebanyaknya untuk di akhirat. Gitu.
Nah, kenapa takut dengan tahun baru? Yah karena takut tidak bisa mewujudkan resolusi itu. Nah, kenapa aku membuat list yang aku takutkan itu? Hmmm... biar hits saja.. hihi.
Jadi begini. Aku cuma tidak ingin mengecewakan hatiku sebenarnya alasannya. Tapi seriously, aku juga ingin mewujudkan resolusi yang sudah aku buat agar hidup lebih istimewa. Doakan saya!!!
3. Jatuh cinta
Apa salahnya dengan jatuh cinta? Tidak ada..
Wajar sekali bahwa kita makhluk yang begitu lemah ini merasakan yang namanya jatuh cinta. Jatuh cinta dengan sesama manusia sih tak ada masalah. Kalau jatuh cinta sama yang bukan manusia? Hayolooo... misal, jatuh cinta sama vampir jadi-jadian. Bukan.. maksudnya takut jatuh cinta ini adalah kalau jatuh cinta dengan hal-hal yang tidak baik. Misalnya, malas-malasan, bangun kesiangan, telat janjian atau telat sekolah atau telat kerja, bahkan telat datang bulan pas statusnya masih pacaran. Beberapa contoh itu yang aku ingin tinggal pergi jauh.
Masih banyak hal yang aku takuti yang kalau ditulis bisa jadi novel. Eh, nahlo... dapat ide kan... Seri juga yah misalnya nulis ketakutan yang menghinggapi diri manusia. Menjadikan cerita-cerita itu jadinpelajaran berharga untuk kita.
Ayuk, share yang kamu takutkan. Ceritakan ketakutan kamu, siapa tahu dapat berkahnya loh... hidup yang lebih bermanfaat untuk sesama.
Yang mau share ceritanya, kirim email aku yah...
Kalau mau lebih seru, bisa follow-follow an juga di twitter @leetalit
Thanks for reading.....
Love you all
Love you, darl
Love you, mom, dad
Love you brosis
Xoxo

ONCE UPON A TIME



Ada malam yg bimbang. Ada malam yg kesepian. Ada malam yang malang.
Tapi malam selalu sama. Langit legam.
Tapi malam ini berbeda. Malam tak hitam. Malam tak merabai kesunyian.
Malam tak kerontang dalam nista yang gulita.
Ada sesuatu di sana yang membuat malam menjadi gempita. Kelahiran
manusia kecil tanpa dosa. Dia menangis meraung seperti minta pelukan.
Seperti meminta belas kasihan. Meminta perlindungan. Tapi tidaklah
demikian. Dia benar-benar menangis dalam kericuhan. Hatinya tak
tenang. Sungguh kontras dengan kebahagian yang ditularkannya pada
sekitar. Bahkan malam pun kini berbintang berbinaran.
Benar.
Sungguh dia menangis tak karuan. Diberikan minuman dia muntahkan.
Diberikan pelukan dia polah tak ketulungan. Entah apa yang diminta si
bayi mungil itu.
Hingga malam yang gempita berubah menjadi gelap gulita. Lagi. Awan
menggumpal begitu hebatnya. Ia tak berhenti menangis, si manusia kecil
itu, dan pun langit yang kini murka.
Kobaran guntur, kilatan petir, runtuhan mega kelam. 72jam tanpa henti
hingga tak ada seorang pun berani meramalkan apa yang terjadi
sesungguhnya. Mereka hanya bisa berdoa. Mereka hanya tertunduk tanpa
bisa melakukan apa-apa selain menerima.
Tiga hari berlalu... Tiga malam berpulang.. Hujan tak kunjung padam.
Kegelapan tak jua musnah. Begitu juga tangis manusia kecil tak
berdosa. Tak berhenti juga. Entah apa maunya. Sang bunda hanya bisa
merasa tersiksa, melihat putra tercintanya tak kunjung terdiam dari
tangisannya. Pecah berkeping-keping memekakkan hati dan telinga.
Lalu keajaiban tiba. Awan hitam tersibak. Gumpalannya pecah dan
menguap seketika. Seperti ada malaikat yang meniupkan keceriaan dengan
cuma-cuma. Tangis sang bayi pun terhenti digantikan dengan tangis bayi
di sudut bumi. Tak jauh dari bayi yang tiga hari berturut-turut
menangis tiada henti. Sungguh mereka tak tau apa yang terjadi.
Sebagian justru merasa dipermainkan oleh alam yang mereka huni. Tapi
sebagian berseloroh senang tak terperi.
Begitulah... Ternyata manusia kecil itu meminta pada penciptaNya untuk
segera menurunkan teman kecilnya ke muka bumi. Sama seperti dirinya.
Manusia kecil itu tak ingin merasa sendiri, manusia kecil itu lantas
membuat Tuhan mengabulkan permintaannya. Melahirkan bayi mungil
lainnya untuk menemaninya di bumi. Begitulah akhirnya malam tak lagi
sunyi. Tawa mungil dua manusia kecil itu semakin membangkitkan
bahagia. Dan suatu ketika mereka akan mengetahui. Bahwa mereka akan
cepat atau lambat bertatap muka. Maka kusebutkan bahwa langit pun
berbinar, secerah mentari pagi melihat senyum kecil mereka menghiasi
alam bumi.