Monday, 9 July 2012

suatu detik yang berlalu


Suatu saat di mana aku terbelenggu dalam akal pikiranku yang beku, kutemukan dirimu membawaku dalam suatu pelarian yang semu. Ku tak bisa mengerti jalan pikiranmu. Tapi ketika masa itu muncul lagi, tak lagi semu yang kurasa. Semuanya nyata. Aku menyukai tanganmu yang meraba kepalsuan dalam tubuhku. Menelanjanginya dengan kebebasanmu. Aku suka ketika kecupanmu melunturkan otakku yang terpasung oleh segala aturan yang melambung jauh dari jangkauanku. Aku bahkan mengagumi pesona lenguhan dan rintihan kenikmatan dari bibirmu yang kau bebaskan dari jeratan kemurnian yang datar.
Namun palsu merenggutmu dari tubuhku. Ku tak bisa lagi menikmati wangi tubuhmu yang terbasahi butiran-butiran asa kita. Kau meninggalkan tubuh yang haus ini pergi menjerat nalar-nalar yang kau masukkan pada otakmu. Kau masih saja menganggapku buta. Ternyata kau melihatku dengan kaca tebal di hadapanku. Kau tau? Aku ingin sekali membebaskan belenggu ini. Aku ingin terbang dari jeratan ini, jeritku. Namun, kau bukan aku, aku bukan kau, setidaknya begitu kata orang. Aku masih mengingat bahwa aku hidup di tengah kesepahaman yang kerdil. Kubebaskan imajiku, jelas sekali. Tapi, belenggu itu kian membebani. Bukan dari orang lain, tapi dari orang yang menciptaku dari kenikmatan yang terbalut kesucian ilahi, begitu manusia suci itu berkata. Tak terbantahkan lagi. Aku memang masih terpasung dalam hunian yang tak sepadan dengan kesempurnaan usapan bibirmu pada bibirku.

2 comments:

  1. malam terengah dalam desah birahi heningnya. kembali kau rebahkan hidupmu diatas kosmos tubuhku. selamanya, ingin ku luruh dan terbenam dalam pelukanmu, dalam jerit dan rasa sakit--untuk cinta yang ku yakini.


    eniwei, nice writing :)

    ReplyDelete
  2. baideweiii...u have a great writing too....:D

    ReplyDelete

Write me your comment