Ada malam yg bimbang. Ada malam yg kesepian. Ada malam yang malang.
Tapi malam selalu sama. Langit legam.
Tapi malam ini berbeda. Malam tak hitam. Malam tak merabai kesunyian.
Malam tak kerontang dalam nista yang gulita.
Ada sesuatu di sana yang membuat malam menjadi gempita. Kelahiran
manusia kecil tanpa dosa. Dia menangis meraung seperti minta pelukan.
Seperti meminta belas kasihan. Meminta perlindungan. Tapi tidaklah
demikian. Dia benar-benar menangis dalam kericuhan. Hatinya tak
tenang. Sungguh kontras dengan kebahagian yang ditularkannya pada
sekitar. Bahkan malam pun kini berbintang berbinaran.
Benar.
Sungguh dia menangis tak karuan. Diberikan minuman dia muntahkan.
Diberikan pelukan dia polah tak ketulungan. Entah apa yang diminta si
bayi mungil itu.
Hingga malam yang gempita berubah menjadi gelap gulita. Lagi. Awan
menggumpal begitu hebatnya. Ia tak berhenti menangis, si manusia kecil
itu, dan pun langit yang kini murka.
Kobaran guntur, kilatan petir, runtuhan mega kelam. 72jam tanpa henti
hingga tak ada seorang pun berani meramalkan apa yang terjadi
sesungguhnya. Mereka hanya bisa berdoa. Mereka hanya tertunduk tanpa
bisa melakukan apa-apa selain menerima.
Tiga hari berlalu... Tiga malam berpulang.. Hujan tak kunjung padam.
Kegelapan tak jua musnah. Begitu juga tangis manusia kecil tak
berdosa. Tak berhenti juga. Entah apa maunya. Sang bunda hanya bisa
merasa tersiksa, melihat putra tercintanya tak kunjung terdiam dari
tangisannya. Pecah berkeping-keping memekakkan hati dan telinga.
Lalu keajaiban tiba. Awan hitam tersibak. Gumpalannya pecah dan
menguap seketika. Seperti ada malaikat yang meniupkan keceriaan dengan
cuma-cuma. Tangis sang bayi pun terhenti digantikan dengan tangis bayi
di sudut bumi. Tak jauh dari bayi yang tiga hari berturut-turut
menangis tiada henti. Sungguh mereka tak tau apa yang terjadi.
Sebagian justru merasa dipermainkan oleh alam yang mereka huni. Tapi
sebagian berseloroh senang tak terperi.
Begitulah... Ternyata manusia kecil itu meminta pada penciptaNya untuk
segera menurunkan teman kecilnya ke muka bumi. Sama seperti dirinya.
Manusia kecil itu tak ingin merasa sendiri, manusia kecil itu lantas
membuat Tuhan mengabulkan permintaannya. Melahirkan bayi mungil
lainnya untuk menemaninya di bumi. Begitulah akhirnya malam tak lagi
sunyi. Tawa mungil dua manusia kecil itu semakin membangkitkan
bahagia. Dan suatu ketika mereka akan mengetahui. Bahwa mereka akan
cepat atau lambat bertatap muka. Maka kusebutkan bahwa langit pun
berbinar, secerah mentari pagi melihat senyum kecil mereka menghiasi
alam bumi.
Tapi malam selalu sama. Langit legam.
Tapi malam ini berbeda. Malam tak hitam. Malam tak merabai kesunyian.
Malam tak kerontang dalam nista yang gulita.
Ada sesuatu di sana yang membuat malam menjadi gempita. Kelahiran
manusia kecil tanpa dosa. Dia menangis meraung seperti minta pelukan.
Seperti meminta belas kasihan. Meminta perlindungan. Tapi tidaklah
demikian. Dia benar-benar menangis dalam kericuhan. Hatinya tak
tenang. Sungguh kontras dengan kebahagian yang ditularkannya pada
sekitar. Bahkan malam pun kini berbintang berbinaran.
Benar.
Sungguh dia menangis tak karuan. Diberikan minuman dia muntahkan.
Diberikan pelukan dia polah tak ketulungan. Entah apa yang diminta si
bayi mungil itu.
Hingga malam yang gempita berubah menjadi gelap gulita. Lagi. Awan
menggumpal begitu hebatnya. Ia tak berhenti menangis, si manusia kecil
itu, dan pun langit yang kini murka.
Kobaran guntur, kilatan petir, runtuhan mega kelam. 72jam tanpa henti
hingga tak ada seorang pun berani meramalkan apa yang terjadi
sesungguhnya. Mereka hanya bisa berdoa. Mereka hanya tertunduk tanpa
bisa melakukan apa-apa selain menerima.
Tiga hari berlalu... Tiga malam berpulang.. Hujan tak kunjung padam.
Kegelapan tak jua musnah. Begitu juga tangis manusia kecil tak
berdosa. Tak berhenti juga. Entah apa maunya. Sang bunda hanya bisa
merasa tersiksa, melihat putra tercintanya tak kunjung terdiam dari
tangisannya. Pecah berkeping-keping memekakkan hati dan telinga.
Lalu keajaiban tiba. Awan hitam tersibak. Gumpalannya pecah dan
menguap seketika. Seperti ada malaikat yang meniupkan keceriaan dengan
cuma-cuma. Tangis sang bayi pun terhenti digantikan dengan tangis bayi
di sudut bumi. Tak jauh dari bayi yang tiga hari berturut-turut
menangis tiada henti. Sungguh mereka tak tau apa yang terjadi.
Sebagian justru merasa dipermainkan oleh alam yang mereka huni. Tapi
sebagian berseloroh senang tak terperi.
Begitulah... Ternyata manusia kecil itu meminta pada penciptaNya untuk
segera menurunkan teman kecilnya ke muka bumi. Sama seperti dirinya.
Manusia kecil itu tak ingin merasa sendiri, manusia kecil itu lantas
membuat Tuhan mengabulkan permintaannya. Melahirkan bayi mungil
lainnya untuk menemaninya di bumi. Begitulah akhirnya malam tak lagi
sunyi. Tawa mungil dua manusia kecil itu semakin membangkitkan
bahagia. Dan suatu ketika mereka akan mengetahui. Bahwa mereka akan
cepat atau lambat bertatap muka. Maka kusebutkan bahwa langit pun
berbinar, secerah mentari pagi melihat senyum kecil mereka menghiasi
alam bumi.
No comments:
Post a Comment
Write me your comment