Sunday, 27 January 2013

biarkan waktu bicara part 2


Perjodohan.
Begitulah yang kau sangka pada akhir ceritaku sebelumnya.
Lantas apa yang kau pikirkan harus jadi nyata? Oh jangan… ini bukan fiksi. Ini nyata. Biarkan aku saja yang menyelesaikan adegannya. Memang kau berhak menebak-nebak. Itu benar-benar hakmu. Tapi aku juga berhak mengemukakan apa yang terjadi selanjutnya.
Simaklah dengan santai saja. aku tak memaksakanmu juga untuk menelaahnya. Santai, seperti di pantai (kata orang yang entah siapa aku lupa batang hidungnya).
Begitulah. Keluarga yang sempat terasingkan oleh kisah hidup masing-masing akhirnya saling menjabat tangan. Di suatu ruang rumah yang mencerah dua keluarga itu berpisah dengan wajah semu memerah. Sungguh bahagia yang indah.
Itu adegan yang tampak di mata kita jika kita berada di sana. tapi apa kau tahu apa yang sesungguhnya terjadi pada dua insan yang berperan sebagai tokoh lelaki dan gadis yang dijodohkan? Tak ada yang tahu benar isi hati mereka. tidak juga para manusia yang kebetulan singgah di perjamuan itu. tidak pula para bapak ibu mereka. yang tahu adalah mereka sendiri pastinya. Si gadis teman baikku yang bergelut sendiri dengan hatinya dan si lekaki tak banyak cakap dengan isi otaknya.
Esok hari semua terlihat seperti biasanya. Namun tidak dengan perasaan gadis yang mungkin sudah menginjak dewasa itu. pikirannya berlarian. Hatinya berkejaran. Banyak hal terlintas di pikiran.
Sama. Hal itu pasti terjadi juga pada lelaki yang terlihat pendiam di mata gadis itu.
“coba nanti kamu lihat saja akun social medianya.”
Diberikannya akun anak gadisnya itu pada sang kandidat calon menantunya.
Benar. Bapak teman baikku itu sempat memberikan nama akunnya pada lelaki yang terlihat alim dan pendiam tersebut. Jelas sekali akan ada rasa penasaran di benaknya. Sudah pasti. Kalau aku jadi dia pasti aku ingin sekedar menengok akun itu. tapi benarkah ia mencoba membuka akun itu dan sekedar mencari tahu seperti apa calon pendampingnya itu? mungkin.
Rasa penasaran juga tersirat di muka sang gadis. Bukan hanya penasaran sebenarnya. Usai melihat secara langsung dengan mata kepalanya, ia tak kekurangan rasa untuk mengetahui lebih lanjut. Ya. Bukan sekedar penasaran saja yang memenuhi hatinya yang masih biru, dengan penampakan yang telah dilihatnya ia merasa takut. Ia takut merasa tidak sempurna di mata lelaki itu. ia merasa tidak sebaik lelaki itu. lelaki yang dinilainya sudah pantas menjadi imam yang sesuai criteria agama. lantas ia rendah diri pada dirinya. Itulah yang terjadi. pertengkaran hati.
Gejolak hati itu tak menghentikan cerita ini. derasnya hujan malam ini juga tak menghentikan tanganku menari di kibaran tuts qwerty. Deras.. deras rasa penasaran mereka berdua mengalir hingga banjir, seperti di jakarta :b. Meluap hebat hingga yang terjadi adalah peralihan drama dari pembukaan menuju konflik. Bukan sekedar konflik karena mereka tak lantas saling mencakar dan menjambak, seperti adegan wanita yang dibakar cemburu kepada wanita lain yang merebut kekasihnya. Bukan tentu saja. ini bukan drama, ini nyata. Lagi, ini bukan pertengkaran. Ini hanya rasa penasaran yang menerjang.
Di suatu tempat rahasia masing-masing- kusebut rahasia karena pasti mereka tak saling tahu di mana lawan mainnya itu berada-mereka berkutat dengan layar bercahaya yang mampu memberikan kepuasan dari rasa penasaran mereka. diketiknya perlahan akun yang berada di tangan. *****. Klik. Loading. Tampak berbaris kata yang berhubungan dengan ketikan yang terjurus. Berderet gambar dan informasi yang siap diperkosa dengan gelitikan kursor yang haus. Di sela-sela ia akan menyaksikan lebih lanjut apa yang tersaji, lelaki itu sempat sontak. Melihat gadis yang berjilbab berpose tanpa jilbab. Tapi ia berusaha baik saja. masih wajar saja baginya. Mungkin.
Lalu ia simak mana yang harus ia selidiki lebih lanjut. Sebelumnya ia pikir akan langsung terarah pada akun jejaring sosial berwarna biru tua. Tidak. Akun itu menuju blog yang memampangkan galeri foto sang gadis. Menikmati dan terhibur dengan apa yang tersaji di sana, beberapa tulisan yang membuatnya tertawa. Dan si korban yang akun blognya di telanjangi itu masih belum sadar dengan apa yang terjadi. ia masih sibuk juga dengan mencari informasi tentang sang lelaki. Ia sibuk dengan dunianya tanpa tahu dunia kecilnya itu telah dijelajahi.
Di sisi lain, gadis itu pun melakukan hal serupa. Mencoba menemukan kata kunci yang sempat pula ia ketahui dari… entah. Siapa aku lupa. Mungkin bapaknya. ***** nama itu terketik di kotak yang di sediakan. Akun di jejaring sosial itu dengan cepat memilah nama-nama yang berkesinambungan. Aha! Ini dia, pikirnya. Ia sejurus saja telah menemukan wajah yang sempat diketahui sebelumnya itu di bingkai kecil halaman browser. Satu persatu kata-kata diamatinya perlahan. Geser sana, geser sini. Klik sana, klik sini. Hmmm… pikirannya terbang. Ia semakin rendah diri. Benar-benar mendekati sempurna iman sang calon imam ini. ia merasa dirinya belum pantas dengan dirinya sendiri. mungkin ia merasa bahwa dosa masa lalu masih menghatuinya. Mungkin.
Perjalanan cerita ini berjanjut di sini...
Seperti apa? apakah mereka lantas saling mencinta pada akhirnya?
Entah. Tunggu saja cerita ini berjalan lagi..sudah malam. Biarkan mata ini terpejam.


5 comments:

  1. temenmu itu namanya lita, bukan?

    ReplyDelete
  2. @novi rahantan: bukaaaaaaaaaaaaaannnnnn.

    ReplyDelete
  3. orang japara itu kaaaaannnn???? ahh, sepertinya dia temanku masa kuliah dulu. alhamdulillah yaaa, sesuatu :P

    ReplyDelete
  4. apakah dia temanku juga? ato jika tidak, apakah aku mengenalnya..?? lol..
    ahh, apa peduliku tentangnya, semoga mereka bahagia, jika memang itu jodohnya..:b

    ReplyDelete
  5. amin..aku juga berdoa untuk dia...gra2 dy ak yg jdi tersangka. hahaaaaa. tak apa. :D

    ReplyDelete

Write me your comment