Perjodohan.
Begitulah yang kau sangka pada
akhir ceritaku sebelumnya.
Lantas apa yang kau pikirkan
harus jadi nyata? Oh jangan… ini bukan fiksi. Ini nyata. Biarkan aku saja yang
menyelesaikan adegannya. Memang kau berhak menebak-nebak. Itu benar-benar
hakmu. Tapi aku juga berhak mengemukakan apa yang terjadi selanjutnya.
Simaklah dengan santai saja. aku
tak memaksakanmu juga untuk menelaahnya. Santai, seperti di pantai (kata orang
yang entah siapa aku lupa batang hidungnya).
Begitulah. Keluarga yang sempat terasingkan
oleh kisah hidup masing-masing akhirnya saling menjabat tangan. Di suatu ruang
rumah yang mencerah dua keluarga itu berpisah dengan wajah semu memerah. Sungguh
bahagia yang indah.
Itu adegan yang tampak di mata
kita jika kita berada di sana. tapi apa kau tahu apa yang sesungguhnya terjadi
pada dua insan yang berperan sebagai tokoh lelaki dan gadis yang dijodohkan? Tak
ada yang tahu benar isi hati mereka. tidak juga para manusia yang kebetulan
singgah di perjamuan itu. tidak pula para bapak ibu mereka. yang tahu adalah
mereka sendiri pastinya. Si gadis teman baikku yang bergelut sendiri dengan hatinya
dan si lekaki tak banyak cakap dengan isi otaknya.
Esok hari semua terlihat seperti
biasanya. Namun tidak dengan perasaan gadis yang mungkin sudah menginjak dewasa
itu. pikirannya berlarian. Hatinya berkejaran. Banyak hal terlintas di pikiran.
Sama. Hal itu pasti terjadi juga
pada lelaki yang terlihat pendiam di mata gadis itu.
“coba nanti kamu lihat saja akun
social medianya.”
Diberikannya akun anak gadisnya
itu pada sang kandidat calon menantunya.
Benar. Bapak teman baikku itu
sempat memberikan nama akunnya pada lelaki yang terlihat alim dan pendiam
tersebut. Jelas sekali akan ada rasa penasaran di benaknya. Sudah pasti. Kalau aku
jadi dia pasti aku ingin sekedar menengok akun itu. tapi benarkah ia mencoba
membuka akun itu dan sekedar mencari tahu seperti apa calon pendampingnya itu?
mungkin.
Rasa penasaran juga tersirat di
muka sang gadis. Bukan hanya penasaran sebenarnya. Usai melihat secara langsung
dengan mata kepalanya, ia tak kekurangan rasa untuk mengetahui lebih lanjut. Ya.
Bukan sekedar penasaran saja yang memenuhi hatinya yang masih biru, dengan
penampakan yang telah dilihatnya ia merasa takut. Ia takut merasa tidak
sempurna di mata lelaki itu. ia merasa tidak sebaik lelaki itu. lelaki yang
dinilainya sudah pantas menjadi imam yang sesuai criteria agama. lantas ia
rendah diri pada dirinya. Itulah yang terjadi. pertengkaran hati.
Gejolak hati itu tak menghentikan
cerita ini. derasnya hujan malam ini juga tak menghentikan tanganku menari di
kibaran tuts qwerty. Deras.. deras rasa penasaran mereka berdua mengalir hingga
banjir, seperti di jakarta :b. Meluap hebat hingga yang terjadi adalah peralihan
drama dari pembukaan menuju konflik. Bukan sekedar konflik karena mereka tak
lantas saling mencakar dan menjambak, seperti adegan wanita yang dibakar
cemburu kepada wanita lain yang merebut kekasihnya. Bukan tentu saja. ini bukan
drama, ini nyata. Lagi, ini bukan pertengkaran. Ini hanya rasa penasaran yang
menerjang.
Di suatu tempat rahasia
masing-masing- kusebut rahasia karena pasti mereka tak saling tahu di mana
lawan mainnya itu berada-mereka berkutat dengan layar bercahaya yang mampu
memberikan kepuasan dari rasa penasaran mereka. diketiknya perlahan akun yang
berada di tangan. *****. Klik. Loading. Tampak berbaris kata yang berhubungan
dengan ketikan yang terjurus. Berderet gambar dan informasi yang siap diperkosa
dengan gelitikan kursor yang haus. Di sela-sela ia akan menyaksikan lebih
lanjut apa yang tersaji, lelaki itu sempat sontak. Melihat gadis yang berjilbab
berpose tanpa jilbab. Tapi ia berusaha baik saja. masih wajar saja baginya. Mungkin.
Lalu ia simak mana yang harus ia
selidiki lebih lanjut. Sebelumnya ia pikir akan langsung terarah pada akun
jejaring sosial berwarna biru tua. Tidak. Akun itu menuju blog yang
memampangkan galeri foto sang gadis. Menikmati dan terhibur dengan apa yang
tersaji di sana, beberapa tulisan yang membuatnya tertawa. Dan si korban yang
akun blognya di telanjangi itu masih belum sadar dengan apa yang terjadi. ia
masih sibuk juga dengan mencari informasi tentang sang lelaki. Ia sibuk dengan
dunianya tanpa tahu dunia kecilnya itu telah dijelajahi.
Di sisi lain, gadis itu pun
melakukan hal serupa. Mencoba menemukan kata kunci yang sempat pula ia ketahui
dari… entah. Siapa aku lupa. Mungkin bapaknya. ***** nama itu terketik di kotak
yang di sediakan. Akun di jejaring sosial itu dengan cepat memilah nama-nama
yang berkesinambungan. Aha! Ini dia, pikirnya. Ia sejurus saja telah menemukan
wajah yang sempat diketahui sebelumnya itu di bingkai kecil halaman browser. Satu
persatu kata-kata diamatinya perlahan. Geser sana, geser sini. Klik sana, klik
sini. Hmmm… pikirannya terbang. Ia semakin rendah diri. Benar-benar mendekati
sempurna iman sang calon imam ini. ia merasa dirinya belum pantas dengan
dirinya sendiri. mungkin ia merasa bahwa dosa masa lalu masih menghatuinya. Mungkin.
Perjalanan cerita ini berjanjut
di sini...
Seperti apa? apakah mereka lantas
saling mencinta pada akhirnya?
Entah. Tunggu saja cerita ini
berjalan lagi..sudah malam. Biarkan mata ini terpejam.
temenmu itu namanya lita, bukan?
ReplyDelete@novi rahantan: bukaaaaaaaaaaaaaannnnnn.
ReplyDeleteorang japara itu kaaaaannnn???? ahh, sepertinya dia temanku masa kuliah dulu. alhamdulillah yaaa, sesuatu :P
ReplyDeleteapakah dia temanku juga? ato jika tidak, apakah aku mengenalnya..?? lol..
ReplyDeleteahh, apa peduliku tentangnya, semoga mereka bahagia, jika memang itu jodohnya..:b
amin..aku juga berdoa untuk dia...gra2 dy ak yg jdi tersangka. hahaaaaa. tak apa. :D
ReplyDelete