Thursday, 2 August 2012

cerita lama (13maret2011)


Malam  mendung meratapi kepiluan terperih yang melanda sang awan. Tersakiti oleh jutaan liter percikan air yang siap mengguyur sang bumi. Di sini aku masih berkelana dalam pikirku sendiri. Aku pun juga meratapi keperihan yang menyiksa batin. Bagaimana bisa seorang gadis yang beranjak dewasa sepertiku tak bisa lagi mencintai? Apakah aku sudah kehilangan akal sehatku? Beberapa lelaki terlihat rela menyerahkan hatinya untukku, tapi sayangnya tak ingin kuberi sedikit onggokan hatiku yang kelabu. Banyak juga yang rela tersakiti hatinya sendiri tatkala aku tengah memurkai jagat raya. Sepertinya aku harus berdoa pada Tuhan yang maha kuasa untuk meleburkan hatiku yang beku.
Malam ini aku ingin berkhayal tentang sesuatu yang membuat perasaanku sedikit merekah.
Dalam hayal kulihat ia akhirnya datang membawa sejuta senyuman. Kugambarkan imagi untukku diami. Di sana aku berada di sebuah tempat yang teduh. Di bawah sebuah pohon rindang. Entahlah, aku tak terlalu tertarik pada nama sebuah pohon. Pikiranku masih terfokus pada pria tinggi yang beberapa langkah lagi sampai di hadapanku. Kutatap lekat wajah yang sudah lama tak kupandang, tak kusentuh, tak kubelai itu. Betapa aku hanya terbuai nyanyian merdu hatiku sendiri. Sebuah lagu sendu. Sebait yang bisa tertulis dan tetap melekat,
Kau tatap mataku bagai busur panah, yang kau lepaskan di relung hatiku….
Lalu sekejab saja seorang gadis berambut panjang menerpakan angin topan ke hulu jantungku. Tiba-tiba saja berlari kecil meraih tangannya. Meraih tangan pria yang sedari tadi menggelayut dalam pelupuk mataku. Menerobos terus ke jantungku. Kini yang tersisa hanya senyum palsuku. Hatiku meratap….
Mengertilah, aku resah, mungkinkah aku cemburu…..
Aku cemburu melihat kamu disampingnya….
Ku cemburu…..bila kau dengannya…
Entah, berapa banyak lagi lagu cemburu yang kini tenggelam bersama jiwaku.
“Hai, Ra. Apa kabar?” aku masih terdiam tak membalas sedikitpun dengan suaraku. Masih bersama kekagetan dan kesakitan yang luar biasa menjamah. Dari ujung rambut, hingga ujung kuku kakiku yang agak memanjang.
“Eh.. hai.. Jo.. hai..kabar baik. Kamu gimana?” jawabku terbata yang dibalasnya dengan senyuman merekah yang pernah menjadi milikku itu.
“Aku juga baik. Oh ya, ini istriku, Lara” dia memperkenalkan wanita berambut panjang itu padaku. Masih dengan senyum terpaksa dari bibirku, Aku menyambut uluran tangannya yang memohon untuk kusambut.
“Rasta” memberitahukan namaku dengan suara datar.
“Oh yah, sepertinya aku harus pergi. aku masih ada janji,” kataku sekenanya karena tak kuat menahan perasaan terlukaku.
“Okey, kayaknya penting banget tuh.” Ucapnya sambil tetap menggenggam tangan si wanita berambut panjang dan bermata bulat itu.
“Sampai jumpa” kataku seraya melambaikan dengan malas tangan kiriku.
Aku berlari kecil dan tetap mempertahankan itu sampai beberapa menit. Mengira sudah agak jauh dari Jovin, aku berlari sekencang-kencangnya, melawan hembusan angin yang menerpa kulitku. Aku mulai membuat air dipelupuk mataku menjadi belepotan diantara pipiku. Aku menangis. Parahnya, aku ternyata menangisi kebahagiannya.
Aku ingin hujan menemaniku. Aku ingin hujan membasuh kesedihanku. Yang pasti, aku ingin hujan menutupi air mataku yang terus jatuh yang belum bisa berhenti sampai sekarang. teringat sebuah lagu.
Ingin kubunuh pacarmu, saat dia peluk tubuh indahmu, di depan kedua mataku… hatiku terbakar jadinya…aku cemburu…
Lagu itu menghujam seluruh tubuhku. Melemahkan semua syarafku. Air mata ini semakin membanjiri seluruh tempatku berdiri. setidaknya itu yang terjadi dalam bayangku. Aku kembali meratap
Tuhan berikanlah aku cinta…untuk temaniku dalam sepi. Tangkap aku dalam terangmu… tuhan, beri aku cinta…
Sepertinya aku telah menemukan apa yang sebenarnya menyakiti jiwa, raga, batin dan hatiku. Sesungguhnya baru aku menyadari bahwa aku telah kalah darinya. Sampai saat dimana aku harus mengorbankan status hubungan pacaranku dengannya, hingga saat ini pun aku masih tak pernah mendapatkan gantinya. Dia? Mungkin sudah berkali-kali menjajaki hubungan cinta, dan sekarang? Istri cantik, rupawan, telah dia miliki. Aku? Masih teronggok seorang diri di kamar yang pengap ini.
Aku tak bisa lepaskanmu dari mataku, aku tak bisa membunuuhmu..dan aku tak bisa bohongi diriku butuh kamu… aku tak bisa melupakanmu…
Tuhan… apa yang terjadi dalam hidupku? Bukankah dulu aku bahkan tak mencintainya? Tapi sekarang? Dia membuatku seperti ini. aku tak bisa hadapi kenyataan ini. aku mohon, kuatkanlah diriku menghadapi dilemma ini. kirimi aku penyembuh yang bisa membalut luka ini. luka yang selama ini masih terpendam oleh dempul, sehingga aku tak menyadari bahwa luka itu menganga terlalu lebar setelah dempul itu terambil sesaat setelah ku melihatnya kembali setelah sekian lama.
Apa yang harus aku lakukan? Mungkin aku akan berhayal lagi. Aku bisa mengakhiri khayalan yang membuatku hampir mati ini. aku segera mungkin akan menggantinya dengan yang indah. Tapi aku butuh sedikit lagu cinta yang bahagia….
Here we go….lagu yang membuatku bersemangat lagi lirih terdengar…
Kuyakin cinta slalu mengerti…kuyakin cinta tak salah…kuyakin cinta kan saling percaya…lalalalalalalalalal….

2 comments:

  1. Aku menangis. Parahnya, aku ternyata menangisi kebahagiaannya ;)

    Aku terbang dan melayang
    Ku temukan rasa yang pernah hilang.. #nyanyi lalalalaaal,,,

    ps: recommend lagu The Power of Goodbye, nice lyric :)

    ReplyDelete
  2. oke kakaaaakkk...keep moving on

    ReplyDelete

Write me your comment