Wednesday 5 February 2014

tulisan ke 100

Saya ingin sekali bisa membaca pikiran. Terutama membaca pikiran orang-orang yang saya sayang. Saya ingin tahu benar, apa yang dimaui mereka. Saya begitu ingin memahami mereka. Apalagi jika saya mengetahui saya salah. Saya ingin tahu  dengan cara apa saya bisa dimaafkan.
Tapi apakah benar dengan mengetahui pikiran mereka saya lantas bisa bahagia? Bisa lebih sempurna? Jangan-jangan nanti saya kecewa. Jangan-jangan nanti saya terluka. Mungkin memang benar Tuhan tidak memberikan kita kemampuan itu, karena memang tiada guna selain membuat celaka.
Yah, tapi terkadangan saya ingin sesekali diberikan daya lebih untuk tahu pikiran orang-orang di sekitar saya. Saya ingin tahu seperti apa saya di mata mereka. Mungkin saya memang egois, mungkin saya memang suka semaunya, mungkin saya memang suka tega, tidak peka, itulah. Saya mengakuinya. Tapi apakah keburukan saya itu akan lebih buruk atau lebih tidak buruk di mata mereka?
Sudah, mari hentikan rasa ingin saya untuk bisa membaca pikiran. Saya rasa hal itu tak akan mungkin hidup dalam diri saya.
Lalu, apa yang akan saya  bicarakan lagi?
Sesekali saya ingin membicarakan cinta. Sudah lama saya tidak menulis tentang cinta. Ah, iyakah? Terakhir menulis tentang cinta?? Saya lupa. Sungguh. Mungkin baru beberapa hari yang lalu. Buka di sini, tapi di hati saya. Saya mungkin jarang sekali berbicara mengenai hal ini, tapi percayalah. Saya tidak mati rasa.
Saya ingin menuliskan sesuatu di sini, untuk siapa? Rahasia. :D
Aku melihat bayangan putih
Bukan setan, pocong, kuntilanak, atau sebagainya
Aku melihat sekelebat cerah
Bukan matahari yang kini memerah
Aku melihat kerlip kekuningan
Bukan sorotan lampu jalan,
bukan pula bintang di angkasa yang menggantung riang
aku melihatmu, melihat sinar yang matamu
aku melihatmu, melihat kerlip cerah di senyummu
lalu aku terpaku
aku terdiam lama dan tak kunjung tahu menahu
apa ini yang mengaliri pedihku?
Itu kamu, kamu yang ada di sini, di hamparan dalamnya hati
Kau tahu?
Aku selalu suka caramu menggenggam tanganku yang dingin
Aku selalu menyukai pembicaraan kita yang kadang tak masuk akal
Aku selalu suka caramu tertawa yang membuat duniaku berwarna
Aku tentu saja suka bersandar di bahumu untuk sekedar melepas lelahku
Nah, aku tersenyum sekarang. Aku selalu begitu jika memikirkanmu
Sudah, aku sekarang tersipu malu
Pasti sekarang kau membacai tulisanku
Cukup. Aku cukupkan tulisanku.
Tapi tenang saja, sayang, tak akan kusudahi cintaku padamu.

Nb: tulisan ini begitu kacau, tapi ya terserah saya. Kalau tidak suka, tak usah baca. Eh, jangan, kalu ada masalah dengan tulisan saya, silakan komentar. Kalau diam, tandanya tak ada masalah bukan?? :D



3 comments:

  1. Pertamax...

    Bahasanya sdh mirip bahasa novelis...

    ReplyDelete
  2. ehemmm, sopo rek sg dimaksug 'kamu' disini...

    ReplyDelete
  3. afit kurniawan: hahah, thank, broda... :D
    welcome<ulin: eciyeeeeeeeee... pengen tau aja apa banget??? wkkwkw

    ReplyDelete

Write me your comment