Wednesday 4 November 2015

Dia

November 2015

Tak terasa sudah hampir sampai di penghujung tahun. Banyak sekali rentetan keinginan yang belum bisa diwujudkan. Nyatanya kehidupan tak pernah bisa ditebak akan seperti apa jadinya. Toh semua pasti Tuhan berikan yang terbaik untuk kita. Tinggal kita saja yang bisa atau tidak untuk ikhlas menerimanya.

Banyak berkutat pada problematika yang membuatku menyerah dengan apa yang sebelumnya kuinginkan. Mungkin belum saatnya. Aku rasa keputusanku untuk kebaikan bersama. Aku rela. Menggerutu pun tak mengembalikan bulan yang dulu dulu.

November 2015
Sudah berlalu dua kali lipat dari tiga ratus enam puluh lima kali matahari terbit.
Aku akhirnya di sini. Mencoba menghela napasku. Beberapa detik terlempar ke memori yang dulu. Dan aku bersyukur aku di sini.

Dua purnama kulangkahi. Ketika aku menjadi abdi. Ketika dia menjadi mimpi yang menyeruak keluar menjadi bukan mimpi. Hanya pasrah menunggu datangnya hari. Berdoa selalu dalam hati. Semoga senyum terkembang di bibir kami.

Namun kembali ku berkutat dalam bongkahan lembek berwarna putih dalam kepalaku. Banyak.. Banyak yang ada di sana bermain dengan isi kepalaku. Ada yang bermain petak umpek, ular tangga, bahkan hanya bermain ayunan sendiri pun ada. Aku disibukkan dengan berbagai permainan mereka.

Aku terhenyak
Menyingkirkan semua dilema.
Aku yakin dia.
Melompat lebih tinggi dari impian yang sebelumnya ada.
Dia.

No comments:

Post a Comment

Write me your comment