Sedikit malam kuhabiskan untuk kebodohanku yang dulu. Tak lagi
ingin terjebak dalam raunganmu yang meraung tanpa wujud. Kudepak sudah
sekelumit bayangan tentang indahmu. Meski kadang kau seperti komedo yang akan
kembali mewujud. Seperti menodai kulit mulus pada hidungku yang untungnya tak
melebar membesar. Tapi kau lain, mewujud pada hatiku yang terkoyak membengkak. Mewujud
pada otakku yang terberai merambat. Menjengkelkan. Kadang. Jika kau tengah
mewujudkan pada malam yang petang. Pada sepi yang meradang. Haus dan dahaga
melanda…kini. Saat kumerangkai indah kata. Indahkah???
Suatu malam aku bermimpi tentangmu. Dalam nestapaku kau
mencumbu. Begitu terhanyut kala itu. kutersihir beku. seperti biasa dongeng
hanyalah semu, seperti halnya mimpiku. Menguap begitu tentu.
Lagi…apa ini yang kulontarkan!!! Masihkah ku merindukan
senyumanmu wahai sang pengelana?? Kau pergi seperti maumu. Mengelanakan diri
bersama desir angin yang merayumu. Sudah.. kau memang selayaknya mengebiri
hayalanku yang tak akan pernah terlahir ke dunia.
Lantas??? Kau pikir suntikanmu pada otakku nekerja. Kau bilang
padaku untuk merasakan cinta. Kau hujat aku dalam kebisuanku. Lalu lantas kau
berhak lari begitu saja, hai kau pengelana. Alah. Kau memang benar. Aku harus
menyayat mulutku dan merogoh suaraku yang terkubur dalam. Ku bisa gila memang
jika kuhanya berdiam. Namun suara itu tak akan pernah bisa kau dengar. Tak mungkin
bisa. karena suaraku ini tak berbentuk mp3 yang akan terdengar di siaran radio
swasta, milik Negara, milik lembaga, apalagi di radio rusak. Tak akan!! Aku meramu
suaraku ini di sini…kau akan tau sendiri!!! nanti…dalam suaraku yang lain lagi.
(sedikit teringatkan prinsipku ini sebelumnya oleh salah satu blogger yang
merupakan temanku juga, salam, sapiteng!!!hahah)
No comments:
Post a Comment
Write me your comment