Pagi menyapaku di sini tanpa sentuhmu lagi. Berkali ku
panjatkan harap meminta sedikit memori untuk mengikiskan diri. Sungguh aku
telah berjuang untuk mematikan emosi dalam hati. Sungguh ku telah berperang
mencokel sedikit nafsuku sendiri.
Mengenalmu memberikan sebuah warna pelangi dalam hidupku. Itu
dulu. kini pelangi itu menjelmakan dirinya menjadi satu warna yang buram. Tak terlihat
lagi.
Sayang, meski tak nampak dalam mata, aku masih bisa merasakan sedikit
gigitanmu pada bibirku yang bergetar kala itu. manis kurasa mengecap manismu. aku masih bisa membaui wangi shampo yang melumuri rambutmu, aku masih bisa merasakan hangat tubuh yang menghangatkan tubuh telanjangku yang kedinginan hampir mati, aku masih mencerna semua peluh hasratmu yang membara, aku masih bisa menjilat tiap ego yang mencakari kesaklekan pikirku tentang apa yang harusnya kita jalani, aku masih bisa mencumbu air mata dalam hatimu yang rapuh tanpa kau sadari, aku masih merasakan bahagiamu dalam detail rajutan ceritamu yang kau bagikan padaku. benar. Pelangi
itu masih kusimpan disini.
memang. Ada suatu masa aku terlupa sosokmu menghantui. Namun
kusadari lagi, itu hanya detik-detik yang akan tersia. Kembali, aku mengingatmu
di sini.
Aku tak menyayangkan kematian rasa yang menghinggapimu, rasa yang dulu kau punyai yang kurasa telah mencabut akar
kuntum hati yang bersemadi di dalam rongga dadaku ini. Belum jua kau kembalikannya
pada tanah yang kini telah mongering di sana, tanpa buih-buih menyegarkan jiwa.
Aku benar-benar terbunuh olehmu yang mengambilnya, sekuntum hati yang kini kau
letakkan dalam peti mati. Kenapa tak kau kembalikan saja padaku???? Biar aku bisa
menanam dan merawatnya sendiri..
Entahlah. kini aku hanya bertahan dengan kemarau yang
mengakar dan menjalari sistem tubuhku. Apa yang selanjutnya akan terjadi masih
kutanyakan dalam kekosongan hati. Tak ada rasa ingin memiliki rasa itu lagi. Biarkan
saja mati. Biarkan saja jika memang kau menguburnya dalam peti matimu yang tak
pernah sekalipun kau ciumi lagi. terbuang dalam jurang yang kau hadiahkan padaku kini.
melwan ingatan, belajar lupa...
ReplyDeletemampukah kita? membiarkannya mati...,
tak tahulah...hanya waktu yg akan menyibak
ReplyDelete