Sunday, 27 January 2013

siapa aku???

My lovely inaz.
Maaf menunggu lama karena moodku sedang gila. Ia tak ingin kujerat. Maka ia berlarian kemana pun ia suka. Mungkin karena otakku yang masih terundung pilu yang kuciptakan.
Mungkin sempat kau menuliskan bahwa kau mencari siapa dirimu. Begitu pula aku. Aku sama sepertimu. Tak tahu siapa aku. Dan parahnya, saat ini aku benar-benar mengalaminya. Benar-benar memuakkan menjadi seperti ini. menjadi seperti yang tak kita maui. Tapi kau tentu tahu. Ini lantaran aku hanya ingin menjadi palsu sejenak saja. lantas, kuingkari saja semuanya. Dan pada akhirnya aku memilih menciptakan dunia baru yang di sana aku mencoba lari dari akal sehatku. Aku memilih membangun ranting-ranting yang mencemari nalarku. Ketakutan. Yah. Menciptakan ketakutan dan mencoba menantang diri sendiri. bodohnya…
Membaca pikiranmu dalam barisan kata itu sedikit menamparku. Bagaimana tidak. Kau jelas tahu siapa dan bagaimana aku. Kau tak perlu kuberitahu. Banyak hal yang akan kau ketahui tentang aku dalam dirimu sendiri. begitu pula aku. Aku sebaik itu mengenalmu. Kau dan aku. Entahlah. misteri tuhan ini masih belum bisa kupecahkan. Kau juga pasti tak bisa menjawab, bagaimana ceritanya kita sampai berkenalan, bagaimana kita bisa sampai saling bertelanjang? Biarkan itu tetap jadi misteri. Yang pasti, tuhan begitu baik padaku untuk mengenalkan duniamu padaku.
Sahabatku sayang, mungkin benar adanya kita tak lepas dari yang namanya jatuh. Kita sering jatuh dan merasakan sakitnya batu yang terhantam tubuh kita di bawah sana. jurang itu gelap, iya kan? bebatuan tajam tak pernah kita tahu berserakan di sana. mungkin sempat kita alami terbang ke awan, SEMENTARA! Tapi akhirnya, kita tak bisa menghindar dari lepasnya sayap tuhan yang katanya maha adil itu. pantas saja lalu kita terjatuh. Adilkah Tuhan, sayang? Adilkah ia mempermainkan kita seperti itu? kau pasti sama sepertiku. Mengutukinya secara tak sengaja. Mencacinya di dalam hampa. TUHAN BEGITU KEJAM!
Itu cerita kita. Kita berdua tahu bagaimana jalannya cerita kita yang dipermainkan tuhan. Kita hanya melihat diri kita, sadarkah kau? Jutaan orang di sana merasakan kegetiran yang sama. Tuhan memang maha pintar dalam hal permainan. Lakon-lakonnya yang Ia cipta mengalami jatuh bangun dan perasaan lebur, yah, paling tidak seperti itu. lihat saja sekitarmu. Apa mereka terlihat bahagia? Bisa jadi. Tapi kita tidak pernah tahu yang sebenarnya ada di benak mereka. intinya adalah sama. Semua orang mungkin mengalami pahit yang sama seperti yang kita rasakan, ceritanya saja yang berlainan, tanggapan dan responnya pun akan berbeda. Mungkin ada yang seperti kita, tapi banyak juga yang tetap teguh bahwa ia tak apa-apa. haahaha, sama seperti kita juga. Kita selalu merasa tak mengapa pada akhinya. Semoga.
Kenapa aku bilang tuhan mempermainkan kita? Itukah yang jadi pertanyaanmu? Pasti kau juga tahu jawabannya. Yah, pendapatku saja sih. Tapi aku benar-benar masih berpikir bahwa tuhan memang mempunyai rencana untuk mengatur kita dalam permainannya. Mungkin karena takut bahwa kita akan berpaling dan menganggapnya biasa saja lantas tak takut lagi padaNya. Mungkin juga ia hanya bosan di sana. atau mungkin dia kecewa pada makhluk bernama Adam yang melanggar aturanNya. Sebagai balasannya, ia menghukum kita di dalam permainan ini. begitukah yang kau rasa. Jangan. Ini mungkin sesat. Biarkan saja nanti aku sendiri yang bertaubat, itu pun jika aku sadar bahwa aku salah. Tapi, salahkah aku? Aku belum tahu.
Inaz, kau berbicara tentang ego. Aku pun selalu memikirkan “ego” itu. ego yang membelenggu kebebasan kita yang terbatas. Ego sialan yang mencabik kebahagiaan kita. Ego bajingan yang membuat kita gusar akan segala hal yang belum tentu jadinya. Ego ego ego. Siapa dan apa dia sebenarnya? Apa dia itu setan di dalam hati kita? Apa dia iblis dalam otak kita? Kenapa kita begitu lemah pada ego itu? ego yang membuat semuanya menjadi lebih parah.
Nah, siapa sebenarnya yang salah di sini? Permainan tuhan atau ego kita sendiri?
Begitu aku bodoh dalam hal ini. selalu menyalahkan yang lain. Selalu mengkambing hitamkan yang selain aku. Itulah kita. Merasa paling tahu dan paling benar. Merasa paling tersiksa dan menderita. Iya kan? bodoh tidak kalau kita berpikir seperti itu? membuang waktu!
Kau tahu, Naz? Aku punya ide bagus untuk ini. biarkan pikiran kita berkelana semaunya. Biarkan hati kita mengembara sejauh-jauhnya, seluas-luasnya. Hidup ini kan hanya sementara saja, katanya. Lalu untuk apa buang-buang waktu menyesali yang telah terjadi? bukannya kita harus menganggapnya sebagai bahan pelajaran untuk hidup kita sekarang dan nantinya? FOKUS! FOKUS mencari apa yang kita inginkan untuk dicapai. Tetapkan titik inti untuk menemukan jiwa kita yang sebenarnya. Lama pastinya. Tapi tak mengapa. Harus kita nikmati jalannya. Anggap saja derita itu sebagai ujian untuk melanjutkan ke kelas yang lebih tinggi. belajar dan terus belajar. Maka nanti kita akan naik ke kelas yang lebih tinggi lagi. Ups, hati-hati dan ingat selalu, setiap level pasti ujiannya akan lebih sulit lagi. Kamu ingat masakan pedas yang berlevel? Begitulah. Semakin tinggi levelnya, semakin pedas rasanya.
Aku menunggu juga untuk bertemumu lagi. Untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan kita bersama. Dalam hal ini, kita pasti diijinkan tuhan untuk saling mencontek. Iya kan?

No comments:

Post a Comment

Write me your comment