Malam makin terlihat larut dengan
detak jarum jam yang semakin jelas terdengar. Aku selalu membenci bunyi klik
klok itu. aku seperti terkejar sesuatu. Tidak tahu apa. aku hanya berpikir
terburu ketika mendengar jarum jam dengan beringasnya berjalan memutar.
Malam ini begitu dingin dan
gelap. Namun, cuaca di luar sama sekali tak mengkontaminasi kesakitan yang
kualami. Ya. Aku tengah merasakan sekujur tubuhku terbelenggu karat. Panas menjalar,
meski tak begitu panasnya seperti matahari membakar. Aku hanya butuh sedikit
pijatan dan pelukan. Begitu analisis singkatnya.
Entah apa yang aku rasakan
sebenarnya. Mataku lelah. Otakku lelah. Telingaku lelah. Mulutku lelah. Akhirnya
hanya terbujur kaku seperti mati seharian ini. tak peduli ada apa di luar sana.
tak peduli dengan hatiku yang hampa. Aku sedang tak ingin peduli dengan semua. Benar-benar
merasa lelah.
Terbalut selimut tipis dan kaus
kaki usang berwarna merah muda aku kembali ingin mengolah-ragakan jemariku. Meskipun
otakku benar-benar lelah untuk berpikir, otakku masih saja dipenuhi dan
terjejali kata-kata yang ingin kumuntahkan. Aku selalu merindukan keyboard
hitam ini. aku selalu ingin merabanya. Ingin kusetubuhi semua titik-titik
hurufnya yang berjajar. Ingin kubuat dia menikmati sampai ia melenguh
kesenangan. Oh.. andai saja bisa kulakukan hal ini dengan lelaki itu.
Apa? lelaki? Lelaki yang mana
lagi yang ingin kusetubuhi? Lelaki mana lagi yang ingin kuhisapi? Tak ada. Mereka
bebal. Tak ada yang bisa kuminum dari penis kaku mereka yang hanya bisa
meregang. Otak dangkal. Yang hanya dipikirannya hanya kotoran.
Baiklah. Aku sudahi membicarakan
lelaki bebal. Membuatku ingin menampar mataku nanar. Tapi sungguh. Mungkin yang
kuinginkan selama ini hanyalah lelaki berotak udang. Aku lebih merasa aman
dengan mereka yang hanya memikir sebentar lalu tak sadar. Mungkin dengan begitu
bisa aku tarikan tarian ularku untuk menghimpit kebebasan mulut mereka berkoar.
Mungkin aku bisa memancing mereka dengan lidah ularku yang menjilati tubuh itu.
mungkin bisa kuhisap cairan kental dari barangnya yang tegak meminta genggaman.
Dengan begitu aku bisa melucuti keperkasaan mereka. dengan begitu aku bisa menjatuhkan
mereka.
Ah… aku terlalu lelah menjadi
wanita. Wanita yang selalu berkubang dalam tuntutan. Wanita yang tak punya
kebebasan. Wanita yang dipikirnya tak punya akal. Jangan-jangan aku jatuh sakit
hanya karena memikirkan hal ini? lalu bagaimana aku bisa tersembuhkan? Apa harus
kuperkosa lelaki itu satu-persatu? Yah. Mungkin akan kusiksa mereka dengan
mengebirinya.
kalo mau buktiin atara cowok dan cewek, mana yang lebih berkuasa, pembuktiannya di atas ranjang.
ReplyDeletesiapa yang posisi di atas, siapa mengebiri siapa :)
@novi rahantan : kayaknya nyonya ini udah berpengalaman nih. hahahaha
Delete