Matanya nanar walau aku tak
melihatnya langsung. Isaknya semakin keras. Jalan yang kami hantam dengan
sepeda motor menjadi saksi bisu kesakitan yang ia pendam. Aku hanya terdiam di
jok belakang. Kucoba sedikit menghiburnya dengan belaian.
“aku nggak ngerti mesti gimana. Apa
aku harus tanya sama dia hubungan ini udah berakhir atau tidak? Apa lelah
digantung kayak gini terus.” Ucapnya sambil terisak.
Malam itu begitu kejam dan kelam.
Ribuan memori masuk dalam ubun-ubunnya. Lalu sedikit yang bisa aku katakan padanya.
“yaudah, bilang aja kamu maunya gimana. Tanya sama dia maunya kayak apa.”
Benar. Sahabat baikku itu masih
saja memendam perasaan pada lelaki yang ia cinta. Seperti yang kukatakan,
banyaknya kenangan bersama menambah beban dalam rasa. Lalu, ada jarak juga yang
menyita perhatian mereka. begitu lumpuh ikatan cinta yang seperti itu.
Usai tangisnya yang merebak tiba-tiba
ia mengatakan hal lain. Ya, begitulah kami berdua. Seakan tak pernah terjadi
apa-apa sebelumnya, pembahasan lain yang mencuat di lidah pun bisa menjadi
lebih menarik untuk dicermati lagi. Mengalir lagi. Bercerita lagi.
“mas itu udah mutusin”
“ha? Mutusin apa?” jawabku.
Sms itu dikirimnya sebelum aku
berniat untuk mengunjungi sahabatku itu di kota kediamannya. Belum ada jawaban
apa-apa. saat aku bertatap muka langsung dengannya, ia memperlihatkan
obrolannya dengan lelaki calon suaminya itu.
Sebelumnya aku sempat ceritakan
bagaimana mereka berdua saling ingin mengetahui lewat jejaring maya. Iya. Hal itu
menjadi awal pendekatan mereka. temanku berkata padaku bahwa ia akan mencoba
membuka hatinya untuk lelaki pilihan bapaknya ini. sekedar ingin mengenalnya
lebih baik lagi. Bukan apa-apa. ia hanya ingin mempertahankan tali
silaturrahmi. Syukur kalau ternyata berjodoh, kalau tidak? Yah banyak positifnya.
Ia pun sepertinya menginginkan sosok kakak lelaki di dalam hidupnya.
Saling menyapa di dunia maya
berlangsung berhari-hari. Mereka saling mengenalkan diri. Kedekatan mereka
terbentuk. Tidak drastis, tapi perlahan dan pasti. Meski kadang sahabat baikku
itu lalu menggerutu akibat pesannya tak terbalas langsung. Ah, hal yang biasa
bagi seorang wanita. Kami memang selalu merasa ada hal yang salah ketika pesan
atau kata-kata kami tak direspon dengan baik.
Begitulah sampai akhirnya mereka
berdua mencuatkan permasalahan tentang bagaimana kelanjutan cerita mereka.
“dia bilangnya nanti kalau aku
sekeluarga berkunjung ke rumahnya” sahabatku berkata antusias meskipun dengan
nada datar.
“apa? berkunjung satu keluarga ke
rumahnya? Sumpah. Kalau begini kejadiannya, ini pasti serius. Gila. Ini udah
bener-bener serius!” responku dengan berkobar saking syoknya.
“lah itu dia. Aku juga bingung. Dia
bilangnya gitu.” Lanjutnya bercerita.
“lalu? Kenapa kamu nggak tanya
langsung aja sih sama orangnya? Kenapa harus ketemu langsung. Apalagi ini pakai
acara ketemu keluarga gitu. Bener. ini pasti dia positif.” Tebakku
“terus gimana?”
“coba deh kamu tanya sama dia,
emangnya kenapa kok dia nggak mau bilang langsung?” saranku.
“kan kamu tahu, dia orangnya
agak-agak kolot gimana gitu. Dia aja nggak berpikir buat ketemu langsung berdua
sama aku atau gimana gitu. Ini nih, dia emang nggak pernah pacaran soalnya.”
Ingin rasanya aku tertawa, tapi
mau gimana. Aku juga dibuat bingung oleh lelaki alim itu. kenapa temanku itu
bisa mempunyai jalan hidup yang seperti ini. ah, begitu beruntungnya dia
menemukan sosok lelaki yang sudah jarang bisa ditemui lagi di dunia hitam ini.
“yaudah deh. Mungkin nanti aku
tanya sama dia, kenapa dia tidak mau ngasih tau langsung. Kenapa dia harus
ngomong pas aku sekeluarga berkunjung ke rumahnya. Aduh.. bingung.” Lanjutnya.
“bener tuh. Ada dua kemungkinan. Dia
tidak cocok dengan kamu dan sungkan ngomong sama kamu langsung. Makanya dia
pengen ngomong baik-baik waktu sekeluargamu berkunjung. Atau kemungkinan
keduanya, dia ingin ada ikatan langsung saat keluarga kalian berdua bertatap
muka lagi. Hayo.. yang mana coba?” aku memberikan pendapatku.
Ketakutan terbayang di mukanya. Bukan
ketakutan terhadap makhluk gaib. Itu seperti ketakutan terhadap diri sendiri.
mungkin masih banyak hal yang ia gantung dari ceritanya padaku.
Mari kita tunggu kelanjutan kisah
ini di lain waktu.
No comments:
Post a Comment
Write me your comment