Saya tiba-tiba ingin hilang ingatan jika sudah menyangkut
persoalan “happy family”. Dulu mungkin saya merasa kalau bahagia di dalam
keluarga itu saat ibu, ayah, saya, dan adik-adik saya menghabiskan waktu bersama
di pantai. Memakan bekal yang dibawa ibu saya di sana dengan menggelar tikar usang.
Lalu, bermain air di pantai pagi yang bening hingga bisa lihat berbagai kerang
berkilauan tanpa menyibak airnya. Bahagia lainnya? Tentu saja ketika permintaan
saya dituruti ayah ibu saya. Yah, pastinya sering dipenuhi. Tahu kenapa? Karena
jika sampai saya tak mendapatkan apa yang saya minta, saya pasti akan mencoba
mengancam untuk bunuh diri, lompat dari genteng rumah nenek saya yang hanya
tiga meteran dari permukaan tanah. Entahlah itu benar-benar terjadi atau tidak,
yang pasti sepupu saya yang menceritakan kenakalan saya di masa lalu.
Lalu apa itu “happy family” yang sekarang saya miliki? Entah.
Apa saya masih memilikinya atau tidak. Yang jelas, setelah ibu saya pergi
meninggalkan dunia hal yang pernah kami lakukan bersama seakan turut pergi
bersamanya. Tak ada lagi libur di pantai. Tak ada lagi makan bekal. Tak ada
lagi melihat air laut yang sebening Kristal. Saya sudah ditinggal pergi semua
itu, atau sayalah yang sudah pergi meninggalkan semua kebahagiaan itu. Saya pula
tak tahu menahu.
Ah, sekarang saya bisa mengartikan bahagia lebih sederhana
dari sekedar berlibur bersama-sama. Saya merasa bahagia jika bisa berbincang
bersama ayah saya, bercanda dengan adik-adik saya, dan bisa memasakkan masakan
yang lezat untuk mereka (tidak termasuk ayah saya karena dia tak pernah mau
memakan masakan saya, hehe). Memang saya tidak jago memasak. Tapi saya suka
mencobai resep yang sekiranya saya dapat menemukannya di pasar dekat rumah
saya. Biasanya saya dapat mood untuk
memasak saat libur dari dunia kerja, sabtu dan minggu. Saya suka melirik resep
masakan di web dan mencoba
merealisasikannya. Yah, seringkali rasanya tidak karuan, tapi di situlah
bahagia saya dapatkan. Jackpot saya
dapatkan ketika saya berhasil membuat masakan yang saya inginkan dengan hasil
yang enak (bisa dilihat seberapa cepat masakan saya itu terlahap oleh lidah
adik-adik saya). Saya saat itu berdobel bahagia.
Happy family?
Hanya itu yang bisa saya deskripsikan dari hati terdalam
saya.
Mungkin saja ada banyak yang bisa membuat saya bahagia. Tapi
jika menyangkut masalah keluarga… sulit bagi saya menjelaskan. Dengan berbagai
lika liku yang terjadi dalam keluarga saya setelah kepergian ibunda tersayang. Entahlah…
mungkin saja ibu memang tiang kebahagiaan keluarga saya. Dan dia telah pergi,
rumah saya ambrukkah kini?? Keluarga saya hancurkah kini?? Entahlah. Mungkin saya
yang harus membuat tiang itu ada lagi itu menyangga seluruh hidup bahagia
anggota keluarga saya.
Draw a map, find a
path take a deep breath….
Wishing it comes true.
Get a Happy family once more and forever will be.
ps: images taken from google
No comments:
Post a Comment
Write me your comment