Saturday, 1 February 2014

what is happy family?


Saya tiba-tiba ingin hilang ingatan jika sudah menyangkut persoalan “happy family”. Dulu mungkin saya merasa kalau bahagia di dalam keluarga itu saat ibu, ayah, saya, dan adik-adik saya menghabiskan waktu bersama di pantai. Memakan bekal yang dibawa ibu saya di sana dengan menggelar tikar usang. Lalu, bermain air di pantai pagi yang bening hingga bisa lihat berbagai kerang berkilauan tanpa menyibak airnya. Bahagia lainnya? Tentu saja ketika permintaan saya dituruti ayah ibu saya. Yah, pastinya sering dipenuhi. Tahu kenapa? Karena jika sampai saya tak mendapatkan apa yang saya minta, saya pasti akan mencoba mengancam untuk bunuh diri, lompat dari genteng rumah nenek saya yang hanya tiga meteran dari permukaan tanah. Entahlah itu benar-benar terjadi atau tidak, yang pasti sepupu saya yang menceritakan kenakalan saya di masa lalu.
Lalu apa itu “happy family” yang sekarang saya miliki? Entah. Apa saya masih memilikinya atau tidak. Yang jelas, setelah ibu saya pergi meninggalkan dunia hal yang pernah kami lakukan bersama seakan turut pergi bersamanya. Tak ada lagi libur di pantai. Tak ada lagi makan bekal. Tak ada lagi melihat air laut yang sebening Kristal. Saya sudah ditinggal pergi semua itu, atau sayalah yang sudah pergi meninggalkan semua kebahagiaan itu. Saya pula tak tahu menahu.
Ah, sekarang saya bisa mengartikan bahagia lebih sederhana dari sekedar berlibur bersama-sama. Saya merasa bahagia jika bisa berbincang bersama ayah saya, bercanda dengan adik-adik saya, dan bisa memasakkan masakan yang lezat untuk mereka (tidak termasuk ayah saya karena dia tak pernah mau memakan masakan saya, hehe). Memang saya tidak jago memasak. Tapi saya suka mencobai resep yang sekiranya saya dapat menemukannya di pasar dekat rumah saya. Biasanya saya dapat mood untuk memasak saat libur dari dunia kerja, sabtu dan minggu. Saya suka melirik resep masakan di web dan mencoba merealisasikannya. Yah, seringkali rasanya tidak karuan, tapi di situlah bahagia saya dapatkan. Jackpot saya dapatkan ketika saya berhasil membuat masakan yang saya inginkan dengan hasil yang enak (bisa dilihat seberapa cepat masakan saya itu terlahap oleh lidah adik-adik saya). Saya saat itu berdobel bahagia.
Happy family?
Hanya itu yang bisa saya deskripsikan dari hati terdalam saya.
Mungkin saja ada banyak yang bisa membuat saya bahagia. Tapi jika menyangkut masalah keluarga… sulit bagi saya menjelaskan. Dengan berbagai lika liku yang terjadi dalam keluarga saya setelah kepergian ibunda tersayang. Entahlah… mungkin saja ibu memang tiang kebahagiaan keluarga saya. Dan dia telah pergi, rumah saya ambrukkah kini?? Keluarga saya hancurkah kini?? Entahlah. Mungkin saya yang harus membuat tiang itu ada lagi itu menyangga seluruh hidup bahagia anggota keluarga saya. 

Draw a map, find a path take a deep breath….
Wishing it comes true. Get a Happy family once more and forever will be.



ps: images taken from google

No comments:

Post a Comment

Write me your comment