Thursday, 27 December 2012

mengeluh itu bullshit!

hidup. mau hidup seperti apa kalau yang ku bisa hanya mengeluh? mau jadi sampah? jadi onggokan tinja! berkeluh kesah meratapi tanpa bisa memperbaikinya. mengeluh tanpa henti namun tak mau mengakui salahnya. bukankah dengan mengeluh kamu hanya menyalahkan orang lain? menyalahkan tuhan? kenapa hidupmu kau hiasi dengan hal hina semacam itu? selalu menyalahkan! apa kau yang paling benar?
sudah saatnya berhenti mengeluh. keluhanmu hanya membuatmu jadi sampah! onggokan yang mati! biarkan saja hidupmu mengalir. nikmati tiap alirannya. nikmati tiap deritanya... bukan derita jika kau menganggapnya hanya semacam proses untuk berbahagia. berat memang menjalani hidup yang membuatmu sakit dan kecewa. itu semuanya dirasakan semua orang. tak ada pengecualian. karena kau tahu? manusia itu sama derajatnya. bukan hanya kau saja yang pernah merasa menderita, seperti terbuang, seperti terhina. semuanya pernah merasakannya. kau saja yang tak mau membuka mata. apa yang kau lakukan sebenarnya selama ini? mengeluh dan mengeluh lagi? sudah cukup. saatnya berhenti. saatnya nikmati hari yang tuhan rancang untuk kau jalani. lakukan sebaik yang kau bisa. menjadi terbaik dan dapatkan yang terbaik.

waRNING!!

hening. hening. hening
tak ada sapamu. hening
tak ada statusmu. hening
tak ada twitmu. hening
tak ada panggilan selular darimu. hening

hal yang wajar! semua orang pernah merasakan hal yang sama.

hampa. hampa. hampa
tak ada senyumanmu. hampa
tak ada usap lembut tanganmu di kepalaku. hampa
tak ada kecupan selamat pagi. hampa
tak ada peluk hangatmu. hampa

normal!! masih normal!!

bosan. bosan. bosan
bosan menunggumu ucapkan rindu. bosan
bosan selalu menyapamu terlebih dahulu. bosan
bosan kau acuhkan aku. bosan
bosan kau bilang kita sudah tak bisa menjadi kita lagi. bosan

apa lagi?? manusiawi!!!

muak. muak. muak
selalu merindukanmu. muak
selalu mencintaimu. muak
tak bisa melupakanmu. muak
selalu mengharapkanmu. muak

arghhhhh..... cukuplah. sudah cukup sakit ini membunuh perasaanku. kini memang aku telah membongkar mayat hatiku dari kediamannya dalam kubur. aku tak mau lagi hati itu dipenuhi oleh kegelapan. tak mau.
sudah saatnya aku memajangnya dalam galeri ketakpedulian. biarkan lukanya menganga di sana sampai mengering. biar semua orang tahu. biar saja. biar mereka tahu bahwa hati ini telah benar-benar terluka. biarkan ia membusuk di sana. daripada hatiku dimakan ulat di alam kubur. lebih baik aku membuatnya bangkit dari kematiannya.
bukan untuk ditemukan oleh siapapun lagi, tapi untuk menjadi pelajaran bagimu para pecinta. hiduplah menderita jika kau tak bisa mengendalikan cinta!

Wednesday, 26 December 2012

Representasi Negatif Sosok Perempuan

Sosok Perempuan oleh sebagian orang merupakan analogi dari sebuah keindahan. Keindahan yang terbentuk dari paras dan postur, memberikan paradigma yang kental akan pemuasan hasrat. Hasrat itulah yang memicu segala bentuk kekreatifan para pelaku seni untuk mengabadikan keindahan tersebut mulai dari lukisan, fotografi, patung, bahkan kedalam bentuk rekaman video. Semua mengatakan dengan alasan yang  masih tetap sama, SENI. Memang benar adanya kalau perempuan adalah objek terindah dari seni, tapi ketimpangan itu dapat terjadi karena sebagian orang yang salah mengartikannya. Hal itu tak lain adalah karena sebagian orang  tak memiliki moral dan daya seni. Di situlah pusat dari segala pelecehan pada perempuan berasal. Penyebab itu muncul dari paradigma-paradigma yang memposisikan perempuan dalam posisi yang salah.
Perempuan diposisikan sebagai barang dagangan.
Fenomena yang masih berkaitan seputar dunia keperempuanan adalah perdagangan perempuan. Dari sudut kota sampai desa, objek yang laku diperdagangkan adalah perempuan. Bukan hal tabu lagi untuk menguak suatu misteri dibalik penjualan perempuan. Salah satu faktor pendukung bagi kelancaran bisnis ini tak lain adalah uang yang dihasilkan dengan cara yang mudah dan cepat. Siapa yang tak tergiur dengan hal seperti itu? Tentu saja pelaku bisnis ini mempunyai akal yang rapih untuk menyelubungkan bisnis mereka. Dengan berbagai cara, “barang dagangan” itu bisa ke tangan konsumen tanpa diketahui oleh aparat. Apalagi ada saja perempuan yang dengan suka rela untuk diperdagangkan, ditambah banyaknya fasilitas yang mendukung seperti ponsel dan web. Dengan kata lain, dalam kasus ini, perempuan bisa dikatakan sebagai “barang” yang diperjualbelikan.
Perempuan diposisikan sebagai ikon untuk meningkatkan sebuah penjualan
Tak bisa dipungkiri bahwa semakin banyak iklan, baik di pertelevisian ataupun iklan dari baliho yang terpajang di jalan-jalan, mempertontonkan perempuan sebagai ikon untuk mengiklankan produk. Sebagai salah satu contohnya, iklan mobil yang memajang perempuan seksi untuk berpose di samping mobil tersebut. Contohnya lagi adalah, banyak video clip yang memasang perempuan sebagai modelnya. Semakin cantik, terkenal dan seksi si perempuan tersebut, semakin tinggi daya jualnya. Alhasil, keuntungan yang diraup oleh para produsen bisa meningkat pula.

Perempuan diposisikan sebagai alat pemuas nafsu.
Di berbagai situs internet yang menyediakan fasilitas gambar-gambar porno, seakan membuat gairah para penikmatnya muncul seketika. Pemuas nafsu. Kata itu sudah tidak lagi asing didengar. Perempuan mempunyai daya pikat tinggi terhadap lawan jenisnya. Hal itu menjadikannya sebagai objek yang dengan sangat mudah dilecehkan hanya karena hasrat laki-laki tertentu untuk memuaskan nafsunya. Pemuasan nafsu oleh sekelompok orang yang bisa dibilang mempunyai libido tinggi itu akhirnya menghasilkan tindak kriminal yang sangat menghawatirkan banyak orang. Banyak berita di televisi yang menunjukkan bahwa tindak kriminal pada perempuan sudah tak terbendung lagi. Bisa dikatakan bahwa perharinya ada saja yang dikabarkan “memperkosa”, “menghamili”, bahkan “membunuh”. Kata-kata yang mengerikan itu menjadi “momok” bagi para orang tua yang mempunyai anak gadis, perempuan-perempuan yang hidup jauh dari keluarga, dan juga para janda yang ditinggal mati suaminya.  
Ketiga representasi negatif seperti di atas merupakan kunci utama terbukanya peluang bagi para perempuan untuk dilecehkan. Oleh sebab itu, kita sebagai perempuan harus bisa menjaga martabat dan harga diri kita sebagai perempuan. Hormati posisi perempuan karena perempuan juga memiliki derajat yang sama sebagai manusia. 

Monday, 24 December 2012

TAK sempurna


Aku ingin bercerita tentang cinta, tapi ini bukan cerita cinta biasa.
Aku ingin membawamu merasakan cinta, cinta yang tidak biasa.
Aku ingin mencoba mengenalkanmu pada cinta, cinta yang bukan sekedar cinta
Aku ingin menaburkan cinta pada luka, jelas itu bukan cinta biasa.

Suatu ketika cinta terbata, ia bahkan seperti tak bisa berucap, ia hanya mangap, seperti menguap.
Suatu saat cinta bersembunyi, ia takut diketahui, ia hanya merasa dirinya duri.
Suatu masa cinta terkejut, ia merasa sakit hati, meski ia tahu ia tak punya hati lagi
Suatu waktu cinta mulai sepi, perasaan yang ia tahu ada ternyata jadi hampa bersarang derita.
Oh…cinta… itu cerita biasa.
Semua merasakan yang sama. Lalu
kenapa kau bilang ini bukan cerita cinta biasa?
Memang ini bukan cerita cinta biasa.
Kau tahu ini apa?
Ini cinta yang luar biasa.
Di saat cinta ada, luka pun mengada.
Di saat cinta terbang menghilang, derita menerpa.
Lalu apa yang bisa cinta berikan sebenarnya?
Bukannya sudah biasa orang mengatakan cinta membawa bahagia?
Bullshit ku bilang.
Memang siapa yang berkata cinta membawa bahagia?
Owh,, pujangga berotak surga.
Mereka memang benar adanya, yah.. barang kali mereka merasakannya benar.
Cinta memang membawa bahagia
Tapi itu dulu sebelum kita mengenal apa artinya mencintai lebih dari satu cinta.
Kau tau akibatnya?
Akibatnya cinta jadi tiada membawamu ke surga.
Kau memang bahagia jika mendapatkan mereka berdua.bertiga,berempat,
Tapi apa sebenarnya yang mau kau berikan jika kau tak satu jiwa?
Mereka menginginkanmu mencintai mereka, diri mereka, bukan diri selain diri mereka.
Satu saja.
Tapi ini berbeda.
Kau tak bisa.
Kau mencintai mereka berdua yang mencintaimu.
Lalu apa yang kan kau lakukan selanjutnya?
Menyuruh mereka lega?
Tak bisa. seperti aku, mereka.
Aku ingin memiliki dan merasa dimiliki. Cukup satu orang saja. tapi  kau beda. Kau tak bisa memilih diantara satunya.
Adakah kejomplangan terasa? Apa cinta yang kau berikan sama?
Sama pun jumlahnya tak akan lebih dari 50 persen.
Bayangkan saja cinta itu berbiji 100.
Kau membaginya dua pula. Paling pol hanya 50 persen jika rata.
Ah, aku tak mau hanya kau beri 50 saja. seperti tak ada. Siapa pun mau yang lebih dari 50 persen.
Yah, itu hanya ibarat. Aku tak tahu apa yang sungguh terjadi. mulutku hanya seonggok basi.
Sudahlah. Kau temanku, aku peduli padamu. Aku senang kau percayai aku untuk menukar ceritamu.
Tapi entahlah, mungkin aku berlaku sebagai lawanmu.
Aku tak menyalahkanmu. Aku hanya menyalahkan waktu itu.
waktu di mana kau tak bisa menjaga satu hatimu untuk cinta itu.
sudahlah, semua usai terjadi. kau hanya perlu sadari dan cermati.
Mereka yang kau cintai merasakan luka seperti yang kau derita.
Atau…
Mungkin lebih..
Tak apa, kau dan aku pun sama.
Salah salah kata, salah salah rasa, salah salah salah…
Ah, hal itu sudah biasa.
Kita kan bukan manusia sempurna…

Saturday, 22 December 2012

hati-hati, Hati


HATIKU atau HATI SIAPA?
Hatiku di dalam tubuhku yang layu,apa wujudnya?
Hatiku, terselubung oleh selaput berdebu, apa dia baik-baik saja?
Tak pernah sekalipun kulihat hatiku, mungkin dia membusuk berbau
Tak sekalipun aku menjenguknya yang sejak saat itu telah menderita penyakit kronis
Tak satu pun hari aku coba untuk membantu membalut lukanya
Apa kabar kau di sana?
Kulihat ia menggeliat, perlahan menahan sakitnya
Hatiku kini mengerang mempertahankan hidupnya yang sengsara
Kenapa aku begitu tega membiarkannya berbalur borok bernanah?
Kasihan benar hatiku
Aku memperlakukannya seperti anak tiri yang tersia.
Tapi biarlah, mungkin akan kukubur saja sewaktu ia telah mati nanti.
Tinggal tunggu waktu saja sebelum ia benar-benar sekarat dan mati.
Saat itu aku tak akan menjadi manusia berdosa lagi dengan membiarkannya terkulai sepi,
Terbaring sendiri.
Cepatlah mati saja biar ku tak sakit lagi membawamu dalam tubuhku yang juga hampir mati.

SEANDAINYA




 
Seandainya waktu dapat kuhentikan
Seandainya dapat waktu di-rewind,  seperti memutar ulang film
Seandainya waktu bisa kupasang seperti yang kuinginkan
Seandainya waktu cepat berputar ketika membosankan, seperti mempercepat film
Seandainya aku mampu mengatur waktu sesukaku
Seandainya waktu ada ditanganku untuk ku buang yang tak perlu
Seandainya waktu yang indah tak berhenti berjalan
Seandainya waktu yang tak kuingini tak datang padaku

Ah, seandainya seandainya seandainya
Seandainya seandainya seandainya
Berapa kali lagi aku hidup dalam kata seandainya
Jengah melihat kata itu beredar di otakku
Mampus saja kau dari dulu
Biarkan otak ini bekerja semestinya
Menerima apapun yang ada
Seandainya seandainya seandainya
Seandainya aku mampu membuang seandainya dari kepalaku
Seandainya aku tak mengenal kata seandainya
Arrrgh…kembali lagi seandainya seandainya
Seandainya, mati saja kau!!!!

surat untuk bunda


UNTUK IBUNDA
Ma.. apa kabar di sana? aku harap mama baik-baik saja. ma.. aku masih ingat ketika kau hendak pergi dulu memintaku untuk selalu jadi anak yang kuat. Tak secara langsung memang kau berucap, tapi dengan semua yang kau perjuangkan untukku. Benar sekali bahwa aku merasa sangat kehilangan mama. Sampai detik ini aku kadang mengutuki tuhan karena Ia mengambilmu di saat aku masih membutuhkan mama. Ma.. sering kali aku membuat bapak menangis, maaf ya ma.. aku belum bisa jadi anak yang bisa membahagiakan orang tua. Setiap kali melihat titik air di mata tua bapak, aku berharap mama yang menguatkannya, di sampingnya. Setiap kali gelisah dan resah menghampiriku, sedikit saja pelukmu mungkin bisa meredakannya. Tapi tidak. Kami semua akan baik-baik saja tanpamu, seperti pintamu padaku yang memang tak terucap secara langsung. Ma.. aku tak pernah lupa ketika dulu kau berlarian mengejarku, membawa segelas susu hangat digenggaman tanganmu, menyusulku yang tengah menanti transportasi umum yg agak jauh dri rumah untuk pergi ke sekolah. Taukah mama saat itu aku bangga punya mama seperti mama? Kalau aku tau sekarang aku tak bisa lagi memelukmu, pasti dulu aku akan setiap detik memelukmu. Banyak peristiwa di mana aku bersyukur punya mama di sampingku. Tapi, sekarang tak bisa lagi melihat senyum mama, tak bisa lagi mendengarkan mama cerita tentang segala kebaikan, tak bisa lagi memeluk mama seperti dulu, tak bisa menangis tersedu di pelukan mama ketika aku benar-benar merindukan mama.
 Ups…ga boleh nangis, lita…. Mama  pasti ga suka. Mama pasti ingin aku jadi sekuat mama. Iya kan ma? Ma… doakan biar aku bisa jadi yang terbaik yah. Doakan aku bisa membuat mama dan bapak bangga punya anak cengeng sepertiku. Semoga mama di sana selalu diberikan tempat terbaik sama Tuhan,, banyak sekali yang ingin aku katakan di sini, tapi mungkin hanya ini yang bisa mewakili rinduku yang besar sama mama.
Sudah dulu ya ma, aku yakin suatu saat aku bisa memelukmu lagi. Aku yakin suatu saat kita semua bisa berkumpul lagi. Titip salamku buat Tuhan.
Love u forever and always

Sunday, 16 December 2012

hari minggu di bali


2.41 am.  Tak terpejam mata ini. mungkin sedikit merindukan malam yang lalu ketika mataku pulas memejam, tubuhku lunglai memayat, terdidur dalam sebaris senyuman. Itu saat ada kau di sisiku. Memelukku yang kelelahan. Ku dengar dalam jagaku, perlahan kau mendekatkan wajahmu pada wajahku, desahmu nafasmu yang hangat. Sebentar saja kau telah mendaratkan bibir lembutmu pada keningku. Kau pikir mataku masih memejam, tapi aku terjaga dan aku begitu senangnya. Seperti aku wanita terbahagia sedunia.
2.46 am. Aku masih saja membuka mata. Sedikit lapar tentunya yang menambah kekesalanku karena esok pasti ku tak akan fokus bekerja. Pasti rasa kantuk akan melanda. Biarlah. Biar saja. kapan lagi aku bisa bermanja pada pikiranku yang terbang pada kenanganku tentangmu? Sebebas ini! tak ada pengganggu. Begitu bebas meramu kata yang tak akan sampai padamu. Hanya mengenangmu. Cukupkah itu bagiku untuk meredam kerinduanku? TIDAK!
2.49 am. Melihat sekelilingku yang senyap. Berharap temukan sosokmu sekejab. Ingin sekali aku membelai wajahmu yang sedikit ditumbuhi bulu-bulu halus bekas cukuran. Aku tak pernah menyukainya memang, tapi yang jelas aku merindukannya. Aku merindukan sedikit kesakitan setiap kali kau menempelkan bibirmu pada bibirku. Pasti dagumu selalu tak sengaja menempel pada wajahku. Sakit, sedikit geli, tapi menyenangkan. Aku sampai senyum-senyum sendiri saat ini mengingatnya. Yang jelas, aku merindukan saat itu.
2.53 am. Mulai lelah. Haus dan lapar semakin melanda tubuh ringkihku yang sejak hari lalu tak dapat tertidur dengan nyenyak. Ah, ternyata malam ini pula menyiksa.
2.55 am. Sepertinya aku harus mengakhiri untuk membubuhkan kata-kata. Yah, tentu saja dengan harapan aku bisa bertemu kau di mimpiku yang kebanyakan hanya gelap. Semoga aku bisa memelukmu di sana. plis…datang ya..di mimpiku .. di sepertiga malam ini. aku tunggu.

story of us chapter 3


Tiba tiba kulihat tanda merah di ponselku
Tiba tiba perutku mulas
Tiba-tiba ada desiran ngilu sampai ulu hatiku
Ah, ada pesan darimu malam itu
Di tengah malam saat ku terjaga.
Masih saja aku menyimpanmu di hatiku, oh ternyata.

Apa tak cukup sampai saat itu saja ketika kita saling melambaikan tangan?
Apa tak cukup di sana ketika air mataku menitik ketika kau ucap tak ingin lagi bersama?
Apa tak cukup ketika aku berkata bahwa ku ikhlaskan maumu itu?
Bullshit. Siapa yang ikhlas? Terluka, iya!!
Penuh luka dan bilur di sana, di hatiku yang perlahan membengkak lagi setelah sekian lama
Tuhan… kenapa begitu lara kau ciptakannya?
Apa tak cukup hanya seperti tertampar barang sejenak?
Kenapa harus seperti terikat jeruji besi tajam? Menyakitkan sampai kini.

Lalu aku pun membalas pesanmu. Entah. Kau sedang memikirkan apa di sana.
Entah kau sedang berkabar apa di sana.
Kau kacau.
Kau rentan.
Aku hanya pilu, tak bisa berlaku.
Kau dan aku tak di tempat yang sama.
Aku tak bisa sekedar memelukmu, seperti inginku selalu.
Aku tak bisa memadamkan deritamu, kesalnya aku pada diriku.

Dan malam, malam bisu ini menjadi saksi
Aku begitu resah menanti setiap kata
Kata yang akan muncul dari pesanmu itu.
Meski aku tahu, tak mungkin kau masih sama seperti dulu
Mengucapkan setitik rindu untukku
Namun aku masih berharap kau katakan itu, yang hanya timbul dari hatimu.

Selamat malam, aku berharap kau akan baik-baik saja.
Aku berharap selalu bahagia yang kau rasa, di sana..

Thursday, 13 December 2012

POHON RINDANG



Begitu gembiranya. Empat tahun sudah aku berjuang dari semester satu sampai semester delapan. Tepat empat tahun sejak aku menjadi mahasiswa di salah satu Universitas Negeri di kota dingin ini. empat tahun aku menjalani kehidupan dengan tumpukan buku. Tumpukan materi tugas, tumpukan makalah yang akhirnya tumpukan kertas itu berakhir di tempat sampah setelah berhari-hari mengerjakannya dengan keluh kesah. Ah.. kuliah. berjuta rasa lelah. Namun, banyak juga cerita indah.
Apa? kau ingin tahu bagaimana lingkungan kampusku yang kuhinggapi selama empat tahun itu? ya ya ya. Akan kuberitahu agar kau tak terlalu susah membayangkan aku hidup di tempat seperti apa. aku yakin bahwa kau pasti bingung menempatkan sosokku menginjakkan kaki di mana saat aku menjadi anak kuliahan. Pasti. Kutebak kau akan membayangkan lingkungan yang kau pernah singgahi. Mungkin kau akan membayangkan bahwa akan ada banyak tepat duduk di bawah pohon-pohon rindang. Mungkin juga kau membayangkan sosokku dikelilingi oleh banyaknya mahasiswa yang membawa buku-buku besar di tangannya. Oke. Aku mulai tertawa. Bukan. Tempat itu, kampusku, memang cukup bagus jika kau sekilas melihatnya. Ah, tidak. Kau akan lebih berkesan saja ketika baru pertama kali melihatnya. Itu yang aku rasakan saja mungkin. Entah juga. Begini. Akan aku gambarkan saja. hmm.. bagaimana ya. Aku tak terlalu suka mendetailkan dan menjabarkan dan mendeskripsikan tempat. Aku lebih suka kau mengkhayalnya sendiri. bebas untukmu berkreasi. Tapi tidak. Aku tak akan membiarkan untuk sesukamu di sini. aku yang akan mengarahkan. apa? tak suka? suka-sukaku. ini ceritaku.
baiklah, jangan banyak protes.sekarang dengarkan baik-baik.
Kampus hijau. Kampus abu-abu. Kampus gersang. Alah, sebutan apa yang paling pas? Aku lebih suka memanggilnya kampus gersang. Kau tanya kenapa? karena hampir tidak ada pohon-pohon besar nan rindang di sana. hanya satu. Satu yang besar yang menghiasi taman di bagian depan. Letaknya bersebelahan dengan gerbang utama kampus di mana banyak orang berlalu lalang di sana. ya, benar saja. mau lewat di mana lagi mereka? memang ada lainnya, sih. Ada tiga pintu gerbang pastinya. Satu depan, satu belakang, dan satu yang kecil ada di samping. Mereka bisa melewati diantara ketiganya. Tapi pintu gerbang yang menjadi primadona adalah gerbang utamanya. Oke. Ini tentang pohon yang aku ceritakan. Nah, ini nih. Aku suka lepas kendali ketika sedang bercerita. Kalau ada yang lainnya lagi, pasti aku suka terjebak di dalamnya. Tapi tidak kali ini. semoga saja. hahahaha…
Pohon. Dari dulu aku selalu mengaitkan antara pohon dengan kampus. Ah. Itu karena aku terkena syndrom dari mindset adik kelasku semasa SMA. Dia pikir bahwa semua kampus pasti mempunyai pohon besar dan rimbun di sekitarnya. Nah loh. Dari sini nih aku terjebak dalam mindset kacau seperti ini. canggih betul dia sampai bisa merasuki pikiranku. Dan parahnya, terbawa sampai sekarang. lah? Jangan-jangan kau juga berpikir demikian? Baiklah. Kembali ke topik. Pohon. Di kampus itu memang ada beberapa pohon rindang. Namun sayang, kebanyakan yang mendominasi adala pohon palem yang seakan-akan tak ingin bertumbuh. Kau tahu, kan? pohon palem itu cirri khas dari daerah panas dan berpadang pasir. Itu dia yang menjadikanku berpikir bahwa kampus ini sangatlah gersang. Memang sangat gersang dan tandus. Dan juga panasnya menyengat. Gedung-gedungnya yang berwarna kelabu semakin menambah gersang pemandangan yang minim pohon rindang. Oh Tuhan.. di kampus itu aku selalu mendambakan pohon-pohon rindang. Aku selalu bermimpi bisa bersantai di bawahnya. Melepas penat sehabis mendapatkan kuliah panjang yang membosankan. Yah. Tak terwujud sama sekali. Mungkin bisa saja aku nongkrong duduk-duduk santai di bawah pohon rindang, satu-satunya pohon rindang di kampusku itu. namun, akan ada banyak sekali yang memergokiku di sana. aku tak suka ramai. Aku tak suka melihat banyak orang berlalu lalang. Apalagi setiap menitnya pasti ada saja yang akan melewati taman itu. yah, taman yang berdekatan dengan pintu gerbang. Sangat menyebalkan meskipun itu satu-satunya tempat yang terdapat pohon rindang.

untuk kau (story of us chapter 2)


 Aku masih ingat saat aku pertama melihatmu
Bukan cinta, tapi benci yang ada
Kau begitu angkuh di mataku
Aku begitu terganggu melihat lagakmu

Entah, aku dulu tak menyadari perasaan itu
Aku terlanjur tak peduli saja terhadap ulahmu
Hilang dimakan memori bersama kesibukanku
Hilang dihirup udara pekat di sekitarku

Sampai suatu ketika kau datang
Sampai saat kau hadir mengganggu hidupku
Mengusik kedamaianku mencintai kenanganku yang dulu
Memasuki celah yang kutambal dengan ketakpedulianku

Kau menghancurkan kesepianku
Kau memecahkan keheningan yang tercipta dari kesedihanku
Kau mencipta setitik hulu untukku berenang ke lautanmu yang biru
Kau robohkan kekeringan hatiku yang tak lagi tersirami rintik hujan cinta

Begitu indah, damai…
Kau membuatku tertawa, marah, rindu, bahagia, cinta
kau sadarkan aku dari mimpi burukku
kau temani kesendirianku, kerapuhanku,

kau menguatkan kelemahanku yang tak mencintai aku

tapi…
begitu anehnya rasa yang kau tawarkan
apa semuanya memang palsu dari awal aku mengenalmu?
Apa hidupmu penuh kepura-puraan dan kepalsuan hingga kau mencemarkannya pada hidupku?
Aku tulus mengijinkan kau memasuki ruang sempit dalam hatiku,
Namun kau berkata bahwa aku begitu mudahnya jatuh kepelukanmu, sama halnya kau mengatakan aku mudah jatuh pada kehangatan lain yang orang tawarkan padaku!
Kau salah! Apa kau tahu bahwa aku harus berperang dengan batinku sendiri?
Aku harus bersikukuh dengan aku yang lain untuk memasukkanmu dalam kehidupanku
Aku menang! Menang melawan aku yang lain. Dia mengijinkanmu mengisi kesakitan yang kuderita. Dia adalah aku yang lain. Tahukah kau??? Apa kau hanya tak mau tahu. Terserah.

Tapi…
Begitu anehnya rasa yang kau tawarkan
Kau tiba-tiba mengusirku dari kehidupanmu.
Kehidupanku yang kau masuki kini hancur lantak
Kau pergi meninggalkan onggokan harapan yang dengan susah payah kubangunkan untuk kita,
Itu pun dengan embel-embel permusuhan dengan aku yang lain yang tak menyukaimu hadir dalam kehidupanku. Tapi aku masih mempertahankanmu demi cintaku padamu. Kau tak percaya dan malah menganggapku berlebihan. Kau tak pernah paham! Terserah.

Tapi…
Rasa yang kau tawarkan begitu aneh
Kau terlihat begitu mencintaiku, tapi kudengar semuanya palsu!
Mana yang harus kupercaya?
Katamu kuhanya harus percaya Tuhan! Oke! Terserah!

Tapi…
Rasa yang kau tawarkan begitu aneh
Kau minta aku untuk pergi di saat aku begitu ingin memelukmu
Kau berkata kau hanya melukaiku dengan kehidupan yang kau jalani!
Oke! Terserah! Kau masih juga tak menjelaskan apa yang sebenarnya kau inginkan!
Aku hanya ingin kau utarakan!
Aku hanya ingin kau jujur…

Benar,.
Rasa yang tawarkan begitu aneh.
Kini kau menghilang. Kau memintaku untuk menghilang.
Di saat aku benar-benar membutuhkan pelukanmu.

Cukup. Aku terlalu menyalahkanmu,
Padahal aku tahu aku yang banyak salah terhadapmu.
Begitu banyak yang tak kulakukan untuk membuktikan kesungguhan hatiku
Hanya kata-kata yang kau bilang berlebihan yang selalu kutawarkan padamu
Maaf…aku tak bisa menjadi apa yang kau ingin. Aku telah mencobanya paling tidak.
Tak pernah aku senyaman itu berbicara, tak pernah sebahagia itu aku berada di samping seseorang. Dan itu pada kau! Kau yang akhirnya memilih pergi.
Terima kasih untuk semuanya… aku pernah merasa begitu bahagia bersamamu yang merelakan waktumu untuk menemani kesengsaraanku.

Untuk kau, Kau yang ternyata masih tersimpan dalam hati yang terbengkalai ini.


21 agsts

Wednesday, 12 December 2012

story of us chapter 1


Tiba-tiba begitu merindukannya
Seperti aku benar-benar dehidrasi
Aku membutuhkannya menghilangkan kekeringan rasa
Aku menginkannya mengubah tragedi
Membuatnya menjadi bahagia

Aku mencoba mengingat lagi
Sesaat sebelum kau mengayuh menjauh
Kau memelukku erat sampai aku tak bisa bernapas
Dan aku membiarkannya begitu saja.
Aku lebih memilih untuk mati dalam pelukanmu
Tak ingin kau lepaskan tanganmu yang melingkari tubuhku yang berderai duka

Dan kini aku termenung sendiri
Mencoba lagi mengenang apa yang kita dulu miliki
Mengenang kau yang mahir membuatku jatuh hati
Mengenang kau yang selalu ada saat ku rindui
Mengenang untuk kau rengkuh aku dalam dekapmu di sini

Tapi semua hanya kenangan
Kenangan yang kau bilang terlalu menyakitkan untuk diingat
Dan kurasa kau memang telah melupakannya
Melupakan aku dan semua yang pernah kita miliki bersama
Melupakan hangat tubuhku yang ada dalam pelukanmu
Melupakan debaran hatiku saat ada di dekatmu
Cukup.
Kau sekali lagi benar
Ini menyakitkan
Apa memang harus kulupakan saja semua tentang kita?
Atau haruskah aku menguburnya di dalam hatiku yang membeku?
Atau apa aku harus menghanyutkannya bersama air mataku yang kini mongering?

Kau dan aku. Cerita tentang kita.
Tak apa jika memang menyakitkan
Dan memang itu menyakitkan saat kusadari kau tak lagi di ada denganku
Tak apa untuk mengenangnya
Paling tidak bisa sedikit meredakan gelisahku
Gelisahku yang tak bisa mencintai orang lain selainmu.

Semoga bila ku menua aku bisa bangga membayang
Mengenangmu dalam memoriku yang memudar perlahan
Disaat aku menelusuri jejak kita lewat tulisan seorang amatiran

Sunday, 9 December 2012

Prakata untuk Cuaca yang Begitu Muramnya


Senja makin muram. Gerimis pun perlahan turun dari singgasananya. Udara begitu dingin dengan angin yang bertiup meremangkan tubuhku. Semakin gelap saja langit yang biasanya biru. Tak mungkin membiru tentu saja sewaktu matahari telah lelah menghibur bumi belahan sini, di mana aku bisa menatapnya pagi, siang, dan sore hari. Kini, matahari telah kembali ke belahan bumi lain. Mencoba menggembirakan kehampaan hati orang-orang yang berkeliaran di sana. lalu, nasibku di sini yang kini mereguk sepi tanpa sang matahari.
Sedari tadi aku menatap pada ponsel touchscreenku. Men-slide berulang-ulang tanpa ada tujuan pasti. Melihat pesan masuk tanpa membacanya secara rinci. Sebenarnya yang kuinginkan Cuma satu. Aku ingin sekali mengirim pesan pada seseorang. Seseorang yang kini tengah kupikirkan. Seseorang yang sedang kurindukan. Namun sayang. Aku terlalu takut melihat namanya dalam daftar kontakku. Aku takut tak bisa kukendalikan diriku untuk benar-benar mengirimkan kata rindu itu padanya. Tidak. Tidak untuk saat ini.
Beberapa menit berlalu. Dengan berat kugeletakkan begitu saja ponselku. Biar saja ia mati kedinginan. Biar saja eror sekalian. Matilah saja, berkata diriku pada ponsel tak berdosa itu. lalu aku mencoba memejamkan mata, sedikit demi sedikit mulai memadamkan mataku dari cahaya. Redup. Lalu aku jatuh tertidur dengan masih menyimpan sedikit beku di hati ini.


AKU BOSAN. AKU LELAH. AKU PENAT.


Matahari pudar sudah. Teriknya kini betebaran dimana-mana. Begitu menyengat hingga pori-poriku membesar begitu lebar. Kemudian berair. Meleler. Menetes. Begitu dahsyatnya cuaca di sini, pulau di mana aku sekarang mencoba mempertahankan hidupku. Ah, memperbaiki hidupku. Apa? perbaikan? Atau perburukan? Mana yang benar? Entahlah. yang pasti di sini aku tidak ingin menjadi aku yang dulu. aku ingin menjadi orang lain di sini. Aku bosan menjadi diriku. Aku lelah mengikuti apa yang orang mau dariku. Aku penat dengan hidupku yang lalu. Aku hanya ingin berlari, berlari meninggalkan diriku. Sebentar saja. tak akan lama. Aku berharap bisa kembali menjadi aku yang ku sukai dulu. dan aku ingin membawa serta diriku yang kusukai kini. Entah. Entah. Entah. Aku siapa pun aku tak tahu. Yang mana aku. Aku benar-benar tak tahu.