Sosok
Perempuan oleh sebagian orang merupakan analogi dari sebuah keindahan.
Keindahan yang terbentuk dari paras dan postur, memberikan paradigma yang
kental akan pemuasan hasrat. Hasrat itulah yang memicu segala bentuk
kekreatifan para pelaku seni untuk mengabadikan keindahan tersebut mulai dari
lukisan, fotografi, patung, bahkan kedalam bentuk rekaman video. Semua
mengatakan dengan alasan yang masih
tetap sama, SENI. Memang benar adanya kalau perempuan adalah objek terindah
dari seni, tapi ketimpangan itu dapat terjadi karena sebagian orang yang salah
mengartikannya. Hal itu tak lain adalah karena sebagian orang tak
memiliki moral dan daya seni. Di situlah pusat dari segala pelecehan
pada perempuan berasal. Penyebab itu muncul dari paradigma-paradigma yang
memposisikan perempuan dalam posisi yang salah.
Perempuan diposisikan sebagai
barang dagangan.
Fenomena
yang masih berkaitan seputar dunia keperempuanan adalah perdagangan perempuan.
Dari sudut kota sampai desa, objek yang laku diperdagangkan adalah perempuan.
Bukan hal tabu lagi untuk menguak suatu misteri dibalik penjualan perempuan.
Salah satu faktor pendukung bagi kelancaran bisnis ini tak lain adalah uang
yang dihasilkan dengan cara yang mudah dan cepat. Siapa yang tak tergiur dengan
hal seperti itu? Tentu saja pelaku bisnis ini mempunyai akal yang rapih untuk
menyelubungkan bisnis mereka. Dengan berbagai cara, “barang dagangan” itu bisa
ke tangan konsumen tanpa diketahui oleh aparat. Apalagi ada saja perempuan yang
dengan suka rela untuk diperdagangkan, ditambah banyaknya fasilitas yang mendukung
seperti ponsel dan web. Dengan kata lain, dalam kasus ini, perempuan bisa dikatakan
sebagai “barang” yang diperjualbelikan.
Perempuan diposisikan sebagai ikon untuk
meningkatkan sebuah penjualan
Tak
bisa dipungkiri bahwa semakin banyak iklan, baik di pertelevisian ataupun iklan
dari baliho yang terpajang di jalan-jalan, mempertontonkan perempuan sebagai
ikon untuk mengiklankan produk. Sebagai salah satu contohnya, iklan mobil yang
memajang perempuan seksi untuk berpose di samping mobil tersebut. Contohnya
lagi adalah, banyak video clip yang memasang perempuan sebagai modelnya.
Semakin cantik, terkenal dan seksi si perempuan tersebut, semakin tinggi daya
jualnya. Alhasil, keuntungan yang diraup oleh para produsen bisa meningkat
pula.
Perempuan diposisikan sebagai alat
pemuas nafsu.
Di
berbagai situs internet yang menyediakan fasilitas gambar-gambar porno, seakan
membuat gairah para penikmatnya muncul seketika. Pemuas nafsu. Kata itu sudah
tidak lagi asing didengar. Perempuan mempunyai daya pikat tinggi terhadap lawan
jenisnya. Hal itu menjadikannya sebagai objek yang dengan sangat mudah
dilecehkan hanya karena hasrat laki-laki tertentu untuk memuaskan nafsunya. Pemuasan
nafsu oleh sekelompok orang yang bisa dibilang mempunyai libido tinggi itu
akhirnya menghasilkan tindak kriminal yang sangat menghawatirkan banyak orang. Banyak
berita di televisi yang menunjukkan bahwa tindak kriminal pada perempuan sudah
tak terbendung lagi. Bisa dikatakan bahwa perharinya ada saja yang dikabarkan
“memperkosa”, “menghamili”, bahkan “membunuh”. Kata-kata yang mengerikan itu
menjadi “momok” bagi para orang tua yang mempunyai anak gadis,
perempuan-perempuan yang hidup jauh dari keluarga, dan juga para janda yang
ditinggal mati suaminya.
Ketiga
representasi negatif seperti di atas merupakan kunci utama terbukanya peluang
bagi para perempuan untuk dilecehkan. Oleh sebab itu, kita sebagai perempuan
harus bisa menjaga martabat dan harga diri kita sebagai perempuan. Hormati
posisi perempuan karena perempuan juga memiliki derajat yang sama sebagai
manusia.
sbenarnya prempuan adlah pmimpin d blik lyar, shrusnya prempuan d perlakukan lyaknya pmimpin, tp sperti kbxkn orang2 yg bkerja d blik lyar, mreka trkadang egk mndapatkn prlakuan yg pntas sbgaimna sharusnya kcuali olh orang2 yg mngetahuinya
ReplyDeleteini cyus lho^^