Wednesday, 26 December 2012

Representasi Negatif Sosok Perempuan

Sosok Perempuan oleh sebagian orang merupakan analogi dari sebuah keindahan. Keindahan yang terbentuk dari paras dan postur, memberikan paradigma yang kental akan pemuasan hasrat. Hasrat itulah yang memicu segala bentuk kekreatifan para pelaku seni untuk mengabadikan keindahan tersebut mulai dari lukisan, fotografi, patung, bahkan kedalam bentuk rekaman video. Semua mengatakan dengan alasan yang  masih tetap sama, SENI. Memang benar adanya kalau perempuan adalah objek terindah dari seni, tapi ketimpangan itu dapat terjadi karena sebagian orang yang salah mengartikannya. Hal itu tak lain adalah karena sebagian orang  tak memiliki moral dan daya seni. Di situlah pusat dari segala pelecehan pada perempuan berasal. Penyebab itu muncul dari paradigma-paradigma yang memposisikan perempuan dalam posisi yang salah.
Perempuan diposisikan sebagai barang dagangan.
Fenomena yang masih berkaitan seputar dunia keperempuanan adalah perdagangan perempuan. Dari sudut kota sampai desa, objek yang laku diperdagangkan adalah perempuan. Bukan hal tabu lagi untuk menguak suatu misteri dibalik penjualan perempuan. Salah satu faktor pendukung bagi kelancaran bisnis ini tak lain adalah uang yang dihasilkan dengan cara yang mudah dan cepat. Siapa yang tak tergiur dengan hal seperti itu? Tentu saja pelaku bisnis ini mempunyai akal yang rapih untuk menyelubungkan bisnis mereka. Dengan berbagai cara, “barang dagangan” itu bisa ke tangan konsumen tanpa diketahui oleh aparat. Apalagi ada saja perempuan yang dengan suka rela untuk diperdagangkan, ditambah banyaknya fasilitas yang mendukung seperti ponsel dan web. Dengan kata lain, dalam kasus ini, perempuan bisa dikatakan sebagai “barang” yang diperjualbelikan.
Perempuan diposisikan sebagai ikon untuk meningkatkan sebuah penjualan
Tak bisa dipungkiri bahwa semakin banyak iklan, baik di pertelevisian ataupun iklan dari baliho yang terpajang di jalan-jalan, mempertontonkan perempuan sebagai ikon untuk mengiklankan produk. Sebagai salah satu contohnya, iklan mobil yang memajang perempuan seksi untuk berpose di samping mobil tersebut. Contohnya lagi adalah, banyak video clip yang memasang perempuan sebagai modelnya. Semakin cantik, terkenal dan seksi si perempuan tersebut, semakin tinggi daya jualnya. Alhasil, keuntungan yang diraup oleh para produsen bisa meningkat pula.

Perempuan diposisikan sebagai alat pemuas nafsu.
Di berbagai situs internet yang menyediakan fasilitas gambar-gambar porno, seakan membuat gairah para penikmatnya muncul seketika. Pemuas nafsu. Kata itu sudah tidak lagi asing didengar. Perempuan mempunyai daya pikat tinggi terhadap lawan jenisnya. Hal itu menjadikannya sebagai objek yang dengan sangat mudah dilecehkan hanya karena hasrat laki-laki tertentu untuk memuaskan nafsunya. Pemuasan nafsu oleh sekelompok orang yang bisa dibilang mempunyai libido tinggi itu akhirnya menghasilkan tindak kriminal yang sangat menghawatirkan banyak orang. Banyak berita di televisi yang menunjukkan bahwa tindak kriminal pada perempuan sudah tak terbendung lagi. Bisa dikatakan bahwa perharinya ada saja yang dikabarkan “memperkosa”, “menghamili”, bahkan “membunuh”. Kata-kata yang mengerikan itu menjadi “momok” bagi para orang tua yang mempunyai anak gadis, perempuan-perempuan yang hidup jauh dari keluarga, dan juga para janda yang ditinggal mati suaminya.  
Ketiga representasi negatif seperti di atas merupakan kunci utama terbukanya peluang bagi para perempuan untuk dilecehkan. Oleh sebab itu, kita sebagai perempuan harus bisa menjaga martabat dan harga diri kita sebagai perempuan. Hormati posisi perempuan karena perempuan juga memiliki derajat yang sama sebagai manusia. 

1 comment:

  1. sbenarnya prempuan adlah pmimpin d blik lyar, shrusnya prempuan d perlakukan lyaknya pmimpin, tp sperti kbxkn orang2 yg bkerja d blik lyar, mreka trkadang egk mndapatkn prlakuan yg pntas sbgaimna sharusnya kcuali olh orang2 yg mngetahuinya
    ini cyus lho^^

    ReplyDelete

Write me your comment