Tiba tiba kulihat tanda merah di ponselku
Tiba tiba perutku mulas
Tiba-tiba ada desiran ngilu sampai ulu hatiku
Ah, ada pesan darimu malam itu
Di tengah malam saat ku terjaga.
Masih saja aku menyimpanmu di hatiku, oh ternyata.
Apa tak cukup sampai saat itu saja ketika kita saling
melambaikan tangan?
Apa tak cukup di sana ketika air mataku menitik ketika kau ucap
tak ingin lagi bersama?
Apa tak cukup ketika aku berkata bahwa ku ikhlaskan maumu
itu?
Bullshit. Siapa yang ikhlas? Terluka, iya!!
Penuh luka dan bilur di sana, di hatiku yang perlahan
membengkak lagi setelah sekian lama
Tuhan… kenapa begitu lara kau ciptakannya?
Apa tak cukup hanya seperti tertampar barang sejenak?
Kenapa harus seperti terikat jeruji besi tajam? Menyakitkan
sampai kini.
Lalu aku pun membalas pesanmu. Entah. Kau sedang memikirkan
apa di sana.
Entah kau sedang berkabar apa di sana.
Kau kacau.
Kau rentan.
Aku hanya pilu, tak bisa berlaku.
Kau dan aku tak di tempat yang sama.
Aku tak bisa sekedar memelukmu, seperti inginku selalu.
Aku tak bisa memadamkan deritamu, kesalnya aku pada diriku.
Dan malam, malam bisu ini menjadi saksi
Aku begitu resah menanti setiap kata
Kata yang akan muncul dari pesanmu itu.
Meski aku tahu, tak mungkin kau masih sama seperti dulu
Mengucapkan setitik rindu untukku
Namun aku masih berharap kau katakan itu, yang hanya timbul
dari hatimu.
Selamat malam, aku berharap kau akan baik-baik saja.
Aku berharap selalu bahagia yang kau rasa, di sana..
No comments:
Post a Comment
Write me your comment