Wednesday, 13 February 2013

ratusan kilometer fajar itu


fajar itu ku lihat mataku nanar,  seharian bergelut bersama angin yang bertiup kasar. pantas. memang hanya angin buatan manusia yang mendayu menghunus tubuhku yang gemetar.detik ini aku dalam batas dimana aku tak mengenali lagi keelokan sang alam. mataku mencermati pesona langit yang begitu membakar. begitu menyilaukan terik itu. kututup sebagian gelambir biru yang menggantung pasrah dalam buaian sang pemalsu. gentar melawan pendar. kututup mata. ah...kini ku gelisah resah mendesah dalam muramnya hati yang terbelah. teringat kasih yang mengecup, teringat kasih yang mendekap. kubuka lagi mata ini. terik. cahayanya yang menelisik sembunyi2  mengiris mataku yang telanjang. ah..serba salah lagi. waktu tak kunjung berlari saja, batinku. sudah enam jam duduk meringkuk diiringi gelak tawa asing di belakangku, tangis meraung dari arah depan, kedipan mata brutal di sampingku.
brengsek. ku eja kata itu dalam hati muramku.
anjing. kulafalkan gonggongan itu dalam otakku.
harus sampai kapan aku mendapati siksaan ini?
bersabarlah..kataku pada aku yang lain. mencoba lagi menutup mata....
terdengar rauman samar...hai..bangunlah wahai otak kerdilku yang mendamba. hai... bangkitlah wahai onggokan hati usangku yang merana. hai...tegaplah wahai tubuhku yang tak bisa menahan luka dan cerca...
kuterbangun akhirnya. getar tak ada lagi menyambut pendar yang meredup. senja kini berlabuh...namun mataku tetaplah mata yang nanar...
20 juli 2012

No comments:

Post a Comment

Write me your comment